TRACK TALK: Teenagers – Teenage Rising (2022)
“EP terbaru dari kuartet punk rock Surabaya yang masih seruntulan tapi menyimpan kejutan di trek penutup.”
Perkenalan saya dengan unit punk rock seruntulan asal Surabaya bernama Teenagers ini bermula beberapa tahun lalu – kalau tidak salah sekitar tahun 2019 – ketika sedang berbincang dengan kawan saya bernama Farras – yang kebetulan juga seorang penabuh drum dari sebuah band seminal asal Surabaya bernama Cotswold. Saya sempat iseng bertanya kepadanya kala itu dia sedang mendengarkan band apa dari kota asalnya sendiri. Setelah dia menyebutkan beberapa band, dia tiba-tiba melontarkan ucapan kurang lebih seperti ini: “Urang tuh sempet denger band yang namanya Teenagers. Belum dengerin sih lagunya. Tapi bagus kayaknya dari nama band-nya.”
Ucapan Farass tersebut malah berbalik dengan impresi saya. Meski catchy, nama band macam Teenagers itu sudah terlalu banyak digunakan. Saya pun sempat suudzon kala itu jangan-jangan musiknya biasa saja.
Ternyata saya salah besar. Setelah mendengarkan beberapa rilisannya dari tahun ke tahun, bagi saya pribadi Teenagers adalah salah satu band punk rock bermazhab 90-an (kadang-kadang 2000-an) yang bagus. Mungkin beberapa orang di luar sana yang sudah pernah mendengarkan musik mereka biasanya agak terganggu dengan olahan vokal di lagu-lagunya yang nyeleneh dan seringkali off-tunes. Tapi saya pribadi menganggap itu adalah salah satu pengamalan konsep punk rock yang paling sahih. Don’t give a shit and just be brave enough to play the music.
Okay okay, kalau harus dibahas secara musikalitas, Teenagers mengingatkan saya kepada band-band punk rock papan tengah tahun 90-an yang eksistensinya kurang lebih terlibas habis oleh NOFX, No Use For A Name dan band-band favorit abang-abangan melodic. Saya merasakan sensasi ala musik-musik dari Ten Foot Pole, 88 Fingers Louie dan beberapa band roster Burning Heart Records ketika mendengarkan Teenagers. Mungkin itu pengandaian name-dropping yang paling sesuai tentang kuartet asal Surabaya tersebut.
Dan beberapa waktu lalu, mereka baru saja merilis EP baru yang diberi judul Teenage Rising. Mini album tersebut berisi enam lagu – di antaranya ada dua lagu berbahasa Indonesia, sisanya berbahasa Inggris. Dari enam lagu yang disuguhkan Teenagers tersebut, hanya ada beberapa track yang menjadi favorit saya. Salah satunya adalah lagu “Breaking The Law” yang sangat melodic hardcore. Lengkap dengan ‘nyanyian’ berformat sahutan yang seenaknya off-tune untuk menangkap nuansa seruntulan. “Bullshit” pun menarik untuk disimak. Cepat, agresif dan masih sontoloyo. Lucunya di lagu tersebut mereka menautkan lagu Everly Brothers di intronya. Entah untuk apa maksudnya. Padahal tanpa intro lagu itu pun “Bullshit” sudah menjadi satu trek yang menarik untuk disimak.
Salah satu lagu yang menarik bagi saya adalah trek penutupnya, “Pulang”. Lagu bertempo sedang dan berbahasa Indonesia itu seakan menunjukkan sensibilitas musik pop Teenagers yang mungkin sebelumnya pernah terekspos. Saya tak menyangka bahwa Teenagers bisa menulis lagi pop punk (?) picisan ala Closehead atau band sejenisnya. Tapi di sisi lain, ada bagian lagunya yang mengingatkan saya kepada band-band pop alternatif 90-an. Tepatnya ketika vokalis tamu yang bernama Ayu mengisi bagan tersebut. Entahlah. Mungkin lagu itu akan terasa lebih tepat kalau semua bagian vokalnya diisi oleh Ayu – sehingga komparasi yang lebih memungkinkan untuk mengkategorikan lagu tersebut sebagai pop alternatif terkesan akan lebih sahih.
Well, the EP is worth to listen. Sejauh ini bagi saya, ini adalah EP terbaik dari Teenagers dari segi garapan teknis rekaman. Mari kita antisipasi karya selanjutnya dari mereka!