X

TRACK TALK: Rekah – Melukis Memar di Langit Ibu (Single, 2024)

by webadmin / 2 months ago / 478 Views / 0 Comments /

Single menggugah dari Rekah yang ironis; lahir dengan cemerlang di balik tingginya angka kekerasan terhadap perempuan.


Saya rasa, Rekah memang unit musik yang selalu membensini daya berkaryanya dari keresahan dan kegeraman, tak sedikit juga diambil dari pengalaman personal. Kali ini mereka mengenalkan nomor tunggal “Melukis Memar di Langit Ibu” (selanjutnya disingkat MMLDI), lagi-lagi dengan formula serupa yang mujurnya berhasil jadi wujud paling akurat dari emosinya.

Setelah terdengar cukup melunak di rilisan terakhir mereka, menurut saya single ini kembali membangkitkan gairah saya untuk menyimak rilisan Rekah, di luar request Stephani, (kontributor vokal dan narasi buat single ini) pada saya secara personal untuk me-react single terbaru mereka ini guna kebutuhan konten teasing menjelang perilisan single ini beberapa waktu lalu.

Tak sia-sia, usaha tersebut membuat saya menyimak materi mereka secara colongan dan cukup tertegun kagum akan bagaimana mereka bersuara kali ini. “MMDLI” langsung memantik keinginan saya untuk menguntai beberapa kata guna menggambarkan apa yang baru saja saya dengarkan. Walhasil, ulasan ini pun terbit dengan proses yang lebih lancar dari biasanya. Menandakan kalau single ini sukses mencuri hati pendengar dalam waktu yang singkat.

Kita mulai dari wajah untuk rilisan ini, covernya. Gaya khas tangan dingin Stephani merespon emosi serta kegeraman akan isu kekerasan terhadap wanita tergambar secara cemerlang di sini – goretan abstrak menyerupai bayi dengan komponen warna yang vibrant namun berlatar suram. Impresi yang familier namun terasa segara secara bersamaan. Ini juga jadi representasi yang tepat bagaimana audionya terdengar.

Pada durasi awal, hanya berselang fill in drum kita langsung disambut oleh part black metal-ish yang cukup mengingatkan pada mereka di era Berbagi Kamar. Pembukaan yang semikian rupa pun diiringi dengan spoken word yang menyayat. Menit-menit  yang menjanjikan kalau nomor ini kembali menyuguhkan kuatnya narasi lagu serta nuansa agresif melankolis dalam nomor-nomor mereka.  

Bagian berikutnya kemudian mengejutkan buat saya pribadi, yaitu bagian nyanyian clean dengan nada yang cukup poppy, seakan menuntun keluar dari terowongan gemuruh musik gelap untuk kemudian menemui jalan keluarnya, meluas dengan lagam yang nyaman di telinga. Ini cukup memberikan impresi unik yang tak biasa dari beberapa rilisan Rekah sebelumnya. Mungkin bagian-bagian macam ini tak begitu bekerja efektif di rilisan-rilisan mereka sebelumnya, namun kali memukul dengan cara yang berbeda.

Rollercoaster antara bagian-bagian menegangkan yang seakan memburu dan kemudian meluas bercampur dengan susunan yang tak tertebak jadi impresi yang paling saya tangkap dalam “MMDLI”. Dan part yang membuat nomor ini terdengar lebih dramatis (sekaligus part favorit saya pribadi) adalah ketika mereka menutupnya dengan dentingan piano saat suasana sedang bengis-bengisnya memberangus telinga. Shit. Sebuah penutup yang tepat sasaran untuk menggambarkan bagaimana ketidakstabilan emosi antara geram dan muram.

Overall, buat saya pribadi “MMDLI” sukses ikut melibatkan emosi pendengar sekaligus jadi tamparan keras buat kita untuk melihat kondisi sekitar, di mana kekerasan berbasis gender masih menjamur di sini. Ironis memang, nomor yang cemerlang kadang harus dipantik oleh kenyataan pahit yang mesti direnungi bersama. 

Semoga nomor ini mampu memberikan dampak yang baik bagi para pendengarnya sekaligus mewakili mereka yang punya pengalaman pahit seputar ini untuk tetap stabil secara fisik maupun mental. Setidaknya lewat nomor ini, Rekah menyadarkan kita semua.

Dengarkan “Melukis Memar di Langit Ibu” di sini!