X

Maio: Too Punk For Blues, Too Blues For Punk

by webadmin / 3 months ago / 223 Views / 0 Comments /

Interview bersama Maio seputar album baru, formula hardcore dan blues, hingga rencana ke depan.


Tak seanyep sebelumnya, geliat unit yang doyan mengenalkan diri sebagai sleazy punk ‘n’ roll bernama Maio kini sudah makin liar dan gila. Tak hanya dari bagaimana album terbarunya, Ode Nihilis Dari Utara terdengar, namun juga mereka yang sudah siap menginvasi berbagai arah mata angin – panggung ke panggung – dengan rentetan pelor baru siap tarik. 

Sebelumnya, mengenalkan lima punggawa unit ini adalah Aziz (vokal), Kikim (bas), Abuy (gitar), Kiwil (gitar) dan Wisong (drum). Menyongsong sejak 2019 dan menelurkan album pertamanya dua tahun berikutnya dengan tajuk Negative Thoughts. Dari DNA pertama yang mereka tetaskan, cukup terasa pengaruh antara Motörhead, Circle Jerks (selain terlihat jelas karena jadi salah satu tajuk lagu mereka) juga sedikit liak-liuk genit ala Mötley Crüe. Namun di album kedua rasanya mereka ogah buat mengulang formula yang sama, tentunya tanpa membuat karakternya jadi loyo.

Beberapa bulan yang lalu, eksperimen terbaru mereka akhirnya rampung mengudara, album sophomore Ode Nihilis Dari Utara jadi teror yang mereka tebar dengan isi “11 ode kritik sengkang patah arang”. Dipayungi label Disaster Records dan hadir pertama kali lewat piringan hitam 12”, sebelum akhirnya muncul secara digital karena (mungkin mereka atau Disaster) menyadari kalau tingkat daya beli rilisan fisik kerap tergerus eksistensi layanan musik digital premium.

Maio 2024. Kiri ke kanan: Abuy, Aziz, Kikim, Ridwan, Wisong. Credits: dokumentasi band

Tak segan-segan, mereka kini tampil lebih sembrono dan seenak udel ketimbang sebelumnya. Menerobos trek hardcore punk serupa yang cenderung statis dengan coba-coba tempo ganjil, riff-riff blues yang seksi, namun tetap dengan agresi yang intens. Membuat kesebelas nomor terbarunya ini punya aura berbeda dari delapan repertoar di album sebelumnya. 

Jika menyimak nomor-nomor yang mereka kenalkan di sini, memang cukup terlihat jika eksplorasi mereka sudah semakin meluas ketimbang sebelumnya. Tak menutup kemungkinan bahkan referensi yang ikut mereka suntikan datang dari luar musik ekstrem dan dosisnya pun tak bisa disebut rendah. Maka dari itu, melihat bagaimana Maio yang semakin menggugah dari waktu ke waktu, saya pun mencoba menjangkau mereka untuk membedah beberapa hal yang jadi tanda tanya buat saya tentang mereka. 

Dalam interview jarak jauh yang saya lakukan lantaran tak kunjung temunya kesepakatan waktu yang sesuai, saya pun akhirnya mengajukan beberapa pertanyaan guna menupas rasa penasaran pribadi atau mungkin salah satu dari kamu juga. Maka dari itu, simak obrolan bersama Maio seputar album baru, formula hardcore dan blues, hingga rencana ke depan. Selengkapnya di bawah ini!

Sleazy punk ‘n’ roll yang sering kalian bawa sebagai identitas itu apa sih sebenernya?

Maio (M): “Sebenernya sesederhana kita pengen punya genre spesifik yang kita bisa claim sendiri. Contoh, kayak Disclose yang nyebut dirinya ‘D-beat raw punk’ atau Auktion dengan‘D-beat rock ‘n’ roll mayhem’-nya. Dan sebenernya masih banyak band yang nge-claim mereka dengan sebutan-sebutan kayak gitu.”

Di balik maraknya band-band hardcore yang mainin metallic/beatdown atau UK82 di Bandung, kenapa lebih formula nggak umum dengan nyampurin hardcore punk dan blues?

M: “Nah itu aneh buat kita juga. Bahkan setiap kita brainstorming atau workshop gitu, kita berusaha nyari tau keanehannya.  Mungkin karena kita nggak pengen sama dengan yang kebanyakan orang mainin atau lagi rame di sini, atau bisa jadi emang kita pengen kelihatan stand out. Kita selalu ngerasa ‘Sedikit lebih beda lebih baik daripada sedikit lebih baik’, dan moga-moga itu jadi unique point tersendiri di Maio yang ujung-ujungnya berimbas ke jualan, hahaha. 

Tapi pada dasarnya ketika nulis Ode Nihilis Dari Utara, kami ngasih jatah perkepala empat album untuk dijadiin referensi, terus hasilnya jadi kayak album kita sekarang, deh. Bingung alesan pertama atau kedua yang lebih kuat buat ngejawab pertanyaan ini? Hahaha. Lanjut~.”

 

Personel-personel Maio sebenernya dominannya dengerin apa?

M: Dominannya mungkin masih di punk stuff ya, tapi emang warnanya beda-beda gitu. Kita bedah aja supaya lebih jelas. FYI, ini juga ngacu ke referensi buat album terakhir kita dari jawaban di pertanyaan sebelumnya

Aziz: Ajax, The Flex, Gulch, Boston Strangler
Kikim: C.H.E.W, Annihilation Time, Drip-fed, Disfear
Abuy: Iron Age, Ewig Frost, Foreseen, Wound Man
Wisong: Queen of the Stone Age,  Head Wound City, The Dillinger Escape Plan, The Locust

Dengan referensi yang macem-macem gitu, ada nggak satu atau beberapa band yang bikin kalian nyambung satu sama lain?

M: “Nah ini nggak ada, hahaha. Selalu ada hal-hal kayak gini; kalo misal dua atau tiga personel kami klop satu sama lain soal band, tapi sisanya nggak, dan gitu seterusnya. Jadi nggak pernah kita berlima bener-bener suka sama satu band, apalagi yang jadi acuan. Mungkin ada beberapa band yang emang ada momentum tersendiri terus akhirnya kita jadi suka bareng, itu pun nggak bisa kebilang semua, mungkin cuma empat dari lima orang yang suka.

Misal band-band kayak OFF!, Gatecreeper dan Turnstile, itu kita nonton dulu bareng MV mereka dan akhirnya menurut kita bikin excited buat ngeband. Terus ada juga yang mancing buat semangat ngeband tapi dipantik dari penampilan live mereka karena kita nonton bareng, kayak GAG, Glue, Eyehategod dan Wormrot.

Ada juga band-band yang nggak ngaruh ke kegiatan ngeband tapi ke ikatan personal satu sama lain, misal band-band kayak Saosin, My Chemical Romance, sama The Used gitu yang selalu kita puter dan jadi wahana sing a long tiap kali perjalanan manggung luar kota. 

Bicara Ode Nihilis dari Utara, apa yang sebenernya pingin kalian utarain?

M: “Kalo kita bedah arti judulnya, mungkin jadi bakal kayak gini, penggunaan kata ‘ode’ yang punya arti kayak nyanyian semangat pemujaan gitu, tapi terus ditabrak kata ‘nihilis’ karena secara realistis dan mutlak kami itu bukan siapa-siapa, jadi mungkin apa yang kita tulis atau suarakan nggak akan didengar siapa pun atau mengubah apa pun. Sementara ‘utara’ jadi arah mata angin tempat kami lahir; salah satu kampus swasta di Bandung Utara. 

Sementara soal apa yang ingin diutarain itu adalah kebobrokan dari segala sektor, jadi kami pengen ngasih tau hal-hal yang buat kami borok, baik di lingkup politik, sosial sampai sekup-sekup kecil dalam hidup. Untuk lebih lanjutnya apa aja yang kita bicarain, langsung simak aja nomor-nomor di album kita.”

Emang senihilis apa sih kalian?

M: “Sompral kalo lagi nongkrong sampe ngebercandain legenda kayak Nyi Roro Kidul, bahkan pas kami lagi mantai ke Selatan. No offense, itu internal kami aja.”

Secara proses, apa yang ngebedain album ini dengan album sebelumnya? Mengingat secara output kalian di sini punya kesan lebih eksplor dan lebih serius (?)

M: “Bongkar-pasang personel ngaruh sih. Setelah gitaris lama kami, Martin diganti dengan Ridwan, riff-riff yang kecipta seketika jadi condong lebih gelap. Mungkin ini juga nggak lepas karena doi gitaris dari unit hardcore gelap kayak Ametis. 

Terus.. ini lebih ke teknis sih. Kalo misal dulu kita biasa workshop pake gitar akustik kopong, sekarang ada Ridwan yang bisa ngeoperasiin cubase, jadi mayan proper lah pas masak materinya ya, hahaha.

Kenapa milih rilis fisik duluan ketimbang digital? Udah gitu, keputusan fisiknya vinyl pun itu gimana ceritanya?

M: “Sebenernya buat rilisnya formatnya apa, Disaster yang nawarin rilis vinyl dan akhirnya setelah bengong tiga detik waktu ditawarin, kami langsung bilang ‘deal’ aja. Jadi  idenya bukan dari kita, tapi berhubung ini jadi salah satu wishlist kita, dan.. maksudnya, band mana sih yang nggak mau punya rilisan fisik vinyl? Semakin mendukung buat kita iyain tawaran Disaster itu.”

Vinyl ‘Ode Nihilis Dari Utara’ via Disaster Records

Coba kasih persuasif biar pendengar kalian mau beli vinyl Ode Nihilis Dari Utara!

M: “Harus beli karena kami (Maio) dan Disaster Records juga perlu buat jadi kaya!”

Last question, rencana apa yang selanjutnya bakal kalian lakuin?

M: “Kami bakal tur sembilan titik sebagai bentuk promo album ini dengan tajuk ‘Ode Nihilis Tour’, mampir di Yogyakarta, Jepara, Pati, Lombok, Singaraja, Denpasar, dan Surabaya. 

Nggak cuman itu, kami juga sedang recording lagi buat enam lagu baru yang direncanain lepas tahun depan. Ya itung-itung nyambut tahun baru dengan materi yang lebih brengsek. Amati!”

Dengarkan Ode Nihilis Dari Utara secara digital di bawah ini!