X

TRACK TALK: Mass – 49 – No Longer Human (Husted Records, 2025)

by webadmin / 2 weeks ago / 101 Views / 0 Comments /

Tiga sekawan menikmati–atau lebih tepatnya berendam di kolam darah–EP No Longer Human dari Mass – 49 dan berakhir jadi selain manusia, alias bangkainya.


Di malam bau jamur dan wiski murah, tiga bajingan tua mendengar No Longer Human dari MASS-49 semacam kutukan berbentuk suara walaupun tak semematikan itu karena menurut saya injeksi death metal kental hanya pelampiasan dari gitaris baru yang juga tergabung di Kaspyx. Gitar mengikis, drum menghantam seperti serangan panik, dan vokalnya terdengar seperti tubuh yang terbakar sambil berdoa dalam bahasa yang dilupakan. Tak pantas dinikmati. Ia memaksa kita bercermin dan menyadari telah ambil bagian dari generasi yang gagal jadi manusia lalu memilih jadi bangkai atau mesin. Eksploitasi mentok death-grind layaknya korporat memaksa buruh sebagai sapi perah, dan sisanya adalah keputusasaan yang direkam. Setelah mendengarnya, tak ada yang benar-benar pulang sebagai manusia.

Malam itu, langit runtuh seperti harapan junkie-junkie tua. Di emperan toko grosir tutup dan bau jamur dan karung beras, para bajingan tengik duduk bertiga. Ridwan Calmlet yang tak pernah benar-benar sadar sejak 2018, Bangsat Permanen dengan helm penuh stiker band yang tak pernah masuk streaming platform mana pun, dan Don Tardy yang entah vokalis, dukun, atau hanya lelaki tua yang terlalu sering memeluk ampli JCM 800 seperti memeluk anak haram yang dibuang negara.

Mereka tak sedang membahas politik. Itu sudah basi dan tak menyenangkan. Mereka juga tidak membicarakan cinta. Apa gunanya? Kami hanya sedang menelan satu rilisan terbaru: No Longer Human milik MASS – 49. Dan malam itu, tiga orang bodoh sepakat; ini bukan musik. Ini semacam roh jahat yang direkam dalam bentuk suara.

“INI KAYAK LO NGEGEL DI DALAM ANGKOT KOSONG SAMBIL DENGERIN KNALPOT BISING RX-KING YANG ADA DI SEBELAH PERSIS BERGAUNG DALAM OTAK,” seru Calmlet sambil menyulut lintingan entah apa, suaranya seperti pengeras suara masjid yang rusak.

Tak dimulai dengan perkenalan ramah, ia langsung melempar kepala ke aspal lewat trek pembuka, “Repeat Death”, “World Destruction”. Gitar berdentum seperti mesin gerinda yang diputar mundur, drum bergemuruh bukan sebagai ritme tapi sebagai serangan panik dalam bentuk suara, dan vokalnya, ya Tuhan… seperti suara terakhir manusia yang tubuhnya terbakar di bawah sinar lampu puluhan ribu watt dan kebijakan rezim tengik hari ini.

“Gue kira ini rekaman pabrik kornet lagi giling sapi hidup-hidup,” kata Bangsat Permanen. “Tapi ternyata ini semacam rekaman otak yang sedang error mau kolaps. Dan makin kalian dengar, makin sadar ini tuh bukan buat dinikmati. Ini buat lo lewati. Kayak trauma yang nggak pernah selesai.”

Saya hanya bisa mengangguk menanggapi racauan ngawur asbun tolol mereka. Biarpun rilisan ini tidak sesempurna itu, tapi ada benarnya. No Longer Human membuatmu ingin lari, tapi dengan kaki putus. Membuatmu ingin melupakan sesuatu, tapi tak tahu apa. Ia lebih menyerupai ruam yang gatal tapi memalukan untuk digaruk di depan umum.  Agaknya seperti bercak merah sifilis di selangkangan di balik jeans kusam.

Don Tardy yang sejak awal hanya mengangguk, akhirnya bicara, “Trek keempat itu, ‘Buried Wombs’ kayak lo ditarik ke ruang isolasi dan disuruh dengar Terrorizer kawin sama Obituary versi metamfetamin, diputar dengan ampli rusak dari gereja usang yang udah nggak kepake lagi.”

Kami semua diam, karena kami tahu dia tidak sedang bercanda.

Tak pantas juga jika ini disebut rangkaian lagu, lebih pada kompilasi luka bersama dari generasi yang gagal menjadi manusia, dan memilih menjadi sesuatu yang lebih nyata. Entah itu bangkai, mayat, atau sekadar mesin. Grindcore kejam, tak sopan tanpa basa-basi. Death metal-nya seperti teriakan dari pendosa yang disiksa kubur dan tak mampu menjawab pertanyaan Munkar Nakir.

Tapi bukan itu yang membuatnya unik. Yang membunuh di sini adalah kejujurannya. No Longer Human seperti cermin retak yang masih bisa memantulkan wajah kita yang rusak dicabik setan atau diseret oleh motor grand astrea langsung sejauh satu kilometer di atas aspal. Wajah kita yang lupa siapa diri kita.

Di akhir penutup, “End of the Path, You Died” hanya ada dengung panjang di outro. Seperti alat pacu jantung yang akhirnya rusak lalu tak bisa diservis ke tukang loak Cikapundung karena tidak ada spareparts yang kompatibel. Kami semua diam. Calmlet menyulut rokok terakhir. Bangsat menatap botol wiski kosong seperti mencari jawaban. Don Tardy menutup matanya dan tersenyum kecil, seperti baru saja menyelesaikan doa dalam bahasa Sumeria.

Dan malam itu, kami tak pulang sebagai manusia. Kami pulang sebagai bangkainya.

Tajuk No Longer Human adalah keadaan, dan MASS-49 adalah juru bicara dari suara-suara yang selama ini dikubur hidup-hidup oleh dunia yang terlalu bising untuk mendengar jeritan mayat hidup. Album ini bukan minta dipahami. Hadapi atau ditinggalkan sekalian saja lah, taik! Meskipun injeksi OSDM ini terlihat hanya sebagai pelampiasan gitaris baru yang merupakan member dari band sebelumnya, Kaspyx yang nasibnya hidup segan mati tak mau.

Tapi yang jelas, setelah mendengarnya, kalian tak akan bisa berpura-pura jadi manusia yang sama lagi. Sepertinya…

Teks: Dimas Dritt

Dengarkan No Longer Human di sini!