TRACK TALK: Bedchamber, Subsonic Eye – Balancing Act (Split EP, Kolibri Rekords, Big Romantic Records)
Meski tak sederas lima atau enam tahun lalu, talenta indie/dream pop tetap menunjukan kualitas jempolannya, salah satunya di split EP Balancing Act.
Apa jadinya jika dua band favorit para hipster indie rock Asia Tenggara merilis split EP bersama di tahun ini? Bedchamber (Jakarta) juga Subsonic Eye (Singapura), dua grup yang bisa dibilang mentereng namanya di kalangan anak muda tanggung secara cukup mengejutkan merilis proyek bersama dalam bentuk EP bertajuk Balancing Act via Kolibri Rekords untuk versi digital dan juga melalui Big Romantic Records untuk versi vinyl 7”. Katanya, rilisan ini juga jadi penghormatan satu sama lain atas pertemanan yang sudah terjalin selama enam tahun lamanya, tepatnya semenjak mereka tak sengaja bertemu di konser DIIV pada tahun 2017 silam di Singapura.
Langsung saja kita menuju ke isi dari Balancing Act, EP ini dibuka dengan trek milik Bedchamber yang sudah dirilis duluan sebagai single berjudul “The Bigfoot Trademark Logo”. Menceritakan ketertarikan salah satu personelnya terhadap hal-hal paranormal. Yang langsung terpatri di kepala saat lagu ini berputar adalah porsi vokal dari Smita (bass/vokal) yang bisa dibilang menjadi fokus utama. Secara pribadi, sejujurnya saya memang menyukai karakter vokalnya sejak menyaksikan video di YouTube, di mana mereka meng-cover salah satu lagu pop paling Ikonik di Indonesia, yaitu “Salah” dari Potret. Memang, sebenarnya vokal Smita hanya menggunakan nada-nada datar alias tak begitu spesial, tapi saya kepalang jatuh hati, sehingga saya cukup mengglorifikasi kalau vokalnya menawarkan karakter lain untuk Bedchamber sendiri.
Lanjut ke nomor dua bertajuk “Burner” yang dari awal langsung menampilkan tekstur gitar lush dan juga lirik introspektif Ratta Bill (guitar/vokal) tentang ironisnya budaya kerja di mana overtime work adalah hal biasa yang sewaktu-waktu bisa dibanggakan, menciptakan suasana yang mengundang pendengarnya untuk ikut hanyut dalam musik. Vokalnya yang ber-layer menambah suasana dreamy jadi lebih pekat, sementara bagian rhythm memberikan ketukan stabil dan juga dimainkan secara repetitif. Rasanya, dua lagu ini merupakan materi buangan dari album penuh mereka terakhir, Capa City (2023) karena secara vibes juga karakter musiknya seakan tak ada bedanya.
Katalog Bedchamber sudah berlalu, kini saatnya Subsonic Eye yang unjuk gigi dengan karakter shoegazy mereka, tampil secara cemerlang di trek berjudul “Jaded” dan “Not Linear” yang ditandai dengan hook menarik nan catchy diikuti tempo yang sedikit lebih bersemangat untuk menutup sebuah rilisan. Sound yang mereka hasilkan memberi keseimbangan dengan gitar yang (agak) jangly serta vokal yang ringan. Formulanya setidaknya memberikan pengalaman mendengarkan yang lebih mudah diakses di kalangan luas namun tetap mendalam untuk pendengar lamanya. Kemampuan kuintet ini menyelundupkan melodi yang cukup rumit ke dalam aransemen mereka merupakan suatu hal yang sangat menonjol, memberikan kontras dengan gaya Bedchamber yang lebih santai.
Bersama-sama, kedua band ini memberikan pengalaman mendengarkan musik yang kohesif dan menangkap esensi suara indie rock modern. EP ini mengalir dengan lancar tanpa ganjalan berarti, dengan setiap lagu menawarkan pandangan unik tentang temanya masing-masing yang bisa dibilang juga tak punya tematik tertentu.
Setelah khidmatnya saya menuntaskan Balancing Act, saya jadi sedikit berandai kalau saja ini dirilis lima atau enam tahun silam, di mana gelombang dream pop/indie pop sedang pasang-pasangnya dan mereka juga lagi aktif-aktifnya, mungkin perhatian serta euphoria yang dirasakan mereka juga pendengarnya akan lebih besar, meski entah apa rilisan ini ditujukan ke sana atau tidak, yang penting mereka membuktikan satu hal; tren mungkin berganti, namun kualitas mereka masih mumpuni.
Teks: Freykarensa