Memperkenalkan Kembali: Glitterer
Unit musik alternatif buat para Title Fight fan yang (masih) berkubang di kolam patah hati.
Saran saya, pupuskan harapan kamu akan kembali reuninya Title Fight. Tak ada titik cerah buat kuartet itu kembali memasak sesuatu atau bahkan keluar sebagai line up di gig-gig hardcore di masa depan. Alih-alih dua kemungkinan itu, malah merchandisenya yang terus keluar dan pastinya bakal merangsek dengan ganas isi saku.
Daripada terus terombang-ambing dengan dalih “Mereka nggak pernah ngumumin bubar”, ada baiknya buat move on. Selain masih ada lusinan band yang menyomot rasa Title Fight sebagai acuan – luar maupun lokal – di luaran sana, salah satu bagiannya pun bikin unit musik alternatif yang (sedikitnya) bisa mengobati rasa rindu kamu pada mereka. Adalah Glitterer yang diinisiasi oleh sang frontman, Ned Russin.
Sebelum Title Fight lenyap sepenuhnya, di tahun 2017 Ned sudah sempat mengenalkan proyek musik elektroniknya ini lewat album self-titled. Berbeda dengan band-band lalunya, (bahkan sebelum Title Fight, yang didominasi hardcore), kali ini ia justru menyajikan musik hasil dari perangkat yang lebih sederhana – MIDI controller kecil, keyboard dan bass. Sama seperti musisi pada umumnya yang perlu pelampiasan lain di balik band utamanya untuk menuangkan seluruh egonya tanpa banyak melibatkan lebih banyak kepala lagi. Dari sana mungkin mulanya mengapa Glitterer muncul.
Self-titled menunjukan kesederhanaan Glitterer sebagai unit musik yang digagas secara mandiri, seakan segalanya diberdayakan seorang diri. Sound yang lo-fi dengan instrumen yang minimalis serta insting Ned untuk menulis lagu yang personal, sebagaimana yang ia lakukan di Title Fight, menunjukan kalau proyek ini bisa jadi sekedar pelarian semata.
Seiring berjalannya waktu tanpa kejelasan pasti mengapa Title Fight menyudahi karirnya pasca 2018, Glitterer pun semakin muncul ke permukaan. Mungkin beberapa pendengarnya menjadikan ini alternatif ketika telinga sudah kepalang tak sabar menanti Ned menyandarkan vokal semi-teriaknya ke alunan musik alternatif yang terasa hardcore-tapi-bukan.
Memang jika mesti diakui, mau bagaimana pun beda nama pasti beda rasa, meski penggagasnya adalah bagian penting dari Title Fight itu sendiri. Pastinya ini persoalan genre, namun sepertinya Ned bukan sang penentu keputusan yang menginginkan Title Fight non-aktif. Buktinya dua tahun berikut pasca album debut self-titled tadi, ia pun kembali dengan sophomore Looking Through The Shades (2019).
Album ini menunjukkan kalau Glitterer bukan lagi proyek musik asal-asalan, tapi lebih serius dari sebelumnya – join label Anti- Records sampai gaet nama-nama macam Alex G dan Arthur Rizk buat jadi co-producer. Di sini juga, hasratnya pada musik-musik rock alternatif kembali terlihat, selipan gitar distorsi serta akor-akor yang ambilannya khas mulai berperan penting dalam nuansa album.
Spiritnya semakin menjadi saat Life Is Not A Lesson (2021) jadi pembuktian selanjutnya. Berselang dua tahun seperti dari debut ke sophomore tadi, album ini seakan jadi tindak lanjut dari apa yang sudah ia lakukan sebelumnya. Berbeda dengan Title Fight yang selalu berubah-ubah pendekatan musik dari album ke album, Glitterer justru cenderung tak melakukan banyak bongkaran, hanya memperbaharui katalog musik agar pendengar tak bosan menenggak lagu yang itu-itu saja.
Baru lah di tahun ini, Ned memutuskan untuk menjadikan Glitterer sebagai sebuah band dengan formasi kuartet. Semakin mendidihkan jiwa alternatif rock dengan sedikit menurunkan dosis elektronik yang sempat jadi identitas dari unit ini. Diikuti agresi yang lebih intens dan tentunya semakin energik. Album ini bisa dibilang yang menawarkan rasa nostalgia paling tinggi, tentunya dengan identitas baru setelah sekitar enam tahun dibayang-bayangi unit lamanya.
Rasanya, Ned dengan Glitterer adalah spirit serupa dari Ben Cook (vokalis No Warning) dengan Young Guv, atau Brendan Yates (Turnstile) dengan Free The Birds — alter ego yang lumrah dilakukan ketika jengah dengan proyek utamanya. Hanya saja yang kadang membuat Glitterer tak mendapatkan keadilan adalah menyandingkannya dengan proyek lamanya. Rasanya itu selalu menghantui proyek ini seakan-akan ada hutang yang belum lunas saat melihat Ned tampil dengan unit musik lain. Padahal jika kita coba lepaskan itu semua, Glitterer punya katalog musik yang tak kalah menggugahnya.
Tak ada salahnya untuk memasang mata lebih awas pada Glitterer, terlebih pasca Rationale. Bukan apa-apa, namun saya rasa karakter musikalnya pun sudah lebih berkembang. Tak hanya bermain-main di ranah ego Ned semata, formasinya yang kini sudah menjadi kuartet memungkinkan Glitterer jadi entitas yang benar-benar baru tanpa bayang-bayang lama. Dan sekali lagi, mari ikhlaskan kepergian Title Fight (jika harus) untuk selama-lamanya.
Dengarkan katalog musik Glitterer di sini!