X

[Interview] GAG: ‘Olympia is a Fantasy World’

by Prabu Pramayougha / 1 year ago / 1014 Views / 0 Comments /

Obrolan santai bersama GAG, unit hardcore punk ‘kegelapan’ asal Washington, ketika mereka menyambangi Bandung beberapa waktu lalu.

Beberapa waktu lalu unit hardcore punk ‘gelap’ asal Olympia, USA bernama GAG sempat menyambangi Bali dan Bandung sebagai salah satu rangkaian tur Asianya. Kebetulan untuk dua titik tur di Indonesia tersebut kawan-kawan dari Maternal Disaster-lah yang menggarapnya – dan berkat itulah obrolan saya bersama Adam (vokalis), Paden (gitaris) dan Jeff (drum) dari band yang konon dinobatkan sebagai salah satu nabi ‘hardcore mutant’ itu bisa terjadi seperti yang akan kamu baca di bawah.

Sebetulnya saya pun memposisikan diri sebagai teman mengobrol di momen ini – tidak ada pertanyaan bertubi-tubi yang konstruktif atau pun berasal dari riset yang niat. Semua pertanyaan yang saya lontarkan murni dari rasa penasaran saya saja dari sejauh pengamatan dan menikmati musik mereka selama ini. So don’t expect too much on this so-called ‘interview’.

Oh iya guna memudahkan pemahaman konteks tulisan, tentunya saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia semua hasil obrolan bersama mereka malam itu di pekarangan IFI Bandung – tepatnya di tanggal 5 Mei 2023 jam 6 sore. Selamat membaca!

Gimana kondisi kalian sekarang? Sepertinya lumayan berat untuk main musik secara konstan macam tur yang kalian jalani sekarang

Jeff (J): It’s all good, man! Selalu seru main di crowd yang berbeda di tiap malamnya

Paden (P): Yeah, apalagi ini pertama kalinya kita main di Indonesia

J: Not for me, saya pernah main di sini bareng Odd Man Out di tahun 2019. Jadi saya sudah tahu apa yang diharapkan ketika main di Bandung (Jeff adalah vokalis dari band hardcore Odd Man Out dan sempat bermain di Bandung di tahun yang ia sebutkan)

Adam (A): Iya, tapi sebagai GAG ini tur Asia yang pertama kali kan…

J: Iya juga sih haha! Anyway, we’re doing good. Thanks for asking!

A: Ini pergelangan kaki saya lumayan sakit sih. Pas manggung di Bali kemarin sempet keseleo. Tapi sekarang udah lumayan mendingan lah (sembari memegangi kakinya)

Hope you’re getting better. Anyway, ada perbedaan dari segi penonton enggak sih ketika main di negara Asia? Kalian ‘kan kalau tur Amerika dan Kanada udah lumayan sering, gimana kalau apresiasi penonton di Asia?

A: Totally. Saya rasa ada perbedaan yang sangat kentara di aspek apresiasi itu. Bukan maksud bilang crowd di US enggak seru, tapi ada perbedaan excitement level yang kita rasain waktu main di Asia. Di Jepang kemarin kayak semua orang terlihat happy banget. Kalau di Bali kemarin, energi orang Indonesia emang lebih intens dibandingkan penonton US yang kita rasain. Definitely different energy and excitement

J: Dan juga hospitality-nya. Asia is so next level on that. Mereka selalu ngasih yang terbaik buat kita selama tur ini dan kami beneran menghargai itu!

A: Oh dan lucunya, saya itu enggak pernah senyum kalau lagi tampil di atas panggung. Dan cuma di Jepang saya akhirnya senyum-senyum sendiri pas main karena energi positif dari semua penonton kerasa juga pas saya di atas panggung. That’s new haha!

GAG saat sedang soundcheck di IFI Bandung (foto: Prabu Pramayougha)
Eh masih nyambung soal tur, kalian lumayan sering banget jalan buat tur di US. Pilihan itu mempengaruhi sama kehidupan personal kalian enggak di luar musik? Seperti ada imbasnya terhadap hubungan keluarga atau pekerjaan

J: Sejauh ini enggak ada… atau mungkin saya aja yang enggak ngerasa (tertawa)

P: Mungkin memang sedikit ada perbedaan tapi enggak kentara. Mungkin karena mereka yang ada di lingkup rumah dan lingkungan sekitarnya paham akan pilihan kita untuk menjalani musik

J: Iya. Itu sebetulnya kayak dua dunia yang berbeda aja. Kadang susah untuk diseimbangkan, tapi ada juga saat ketika dua dunia itu gampang banget buat diseimbangkan

P: Mungkin dikotomi dua kehidupan berbeda itu bakal lebih mudah untuk diseimbangkan ketika kita memilih untuk hidup dengan orang-orang yang paham akan pilihan kita dan akhirnya membuat hubungan personal kita pun bisa berjalan beriringan. But yeah touring is fun as well (tertawa)

Baiklah. Moving on, konon GAG sering disebutkan di beberapa publikasi media sebagai band dari Olympia, Washington. Dan setahu saya dari beberapa bahan bacaan dan tontonan, Olympia memang punya sejarah panjang dengan musik dan subkultur underground, macam band-band riot girls, label independen yang politis macam K Records atau Kill Rock Stars. Apa kalian sudah tertarik akan dunia itu sejak masih umur belia karena tinggal di sana?

A: Sebenernya saya sendiri bukan dari Olympia. Tapi memang dari waktu remaja, saya sudah mendengar tentang banyak soal Olympia dan scene-nya. Itu sebabnya saya memutuskan untuk pindah ke sana

J: Olympia itu kayak dunia fantasi scene musik. Tinggal di sana itu kayak tur. Kamu bisa melakukan apa aja atas nama scene. Enggak perlu cari duit. Semua serba murah

P: Mungkin karena dari dulu Olympia identik dengan mahasiswa seni yang tinggal di sana dan mereka ngelakuin banyak hal. Seperti memulai band, label rekaman bahkan berbagai pergerakan. Jadi memang aspek itu terbawa terus dan terkesan lestari sampai sekarang. It’s like what Jeff said, it’s a fantasy world

J: Yeah it’s like not a real life there! (tertawa)

Cool. Karena ngobrolin soal Washington, saya jadi inget kalau di beberapa postingan kalian di akun pribadi, ada beberapa postingan yang membahas soal band yang bernama HIV. Dari postingan kalian, saya akhirnya mendengarkan musik mereka. Tapi boleh dijelaskan siapa itu HIV dan sepenting apa band itu untuk kalian atau untuk GAG sebagai sebuah band?

A: Whoa… (tersentak). Ya mereka dari kampung halaman saya di Bremerton

J: That’s good. Saya juga yang merilis satu-satunya album mereka di tahun 2015. Karena mereka sudah bubar dari lama

A: HIV sangat penting untuk GAG dan bahkan untuk saya pribadi… (Adam di sini mulai menangis). Sorry

Ah maaf saya menanyakan soal hal itu…

A: No it’s fine. Ini saat yang tepat untuk membahas soal HIV karena kemarin adalah peringatan hari meninggalnya Sam (vokalis HIV). Tanpa adanya Sam di hidup saya, saya tidak akan pernah tahu apa itu punk dan memilih jalan hidup ini. Saya memandangnya sebagai orang yang penting dan banyak yang saya pelajari dari Sam soal punk. Jadi ya, tanpa HIV dan Sam, mungkin GAG tidak akan pernah ada dan saya pun tidak akan menjalani apa yang saya jalani sekarang

J: Yeah HIV was enigmatic. Setiap mereka manggung, semua orang larut dalam suasana intens yang sama. They were amazing

P: That’s the right word. Enigmatic

A: Thank you for bringing it up

GAG bersantai sebelum acara dimulai di Bandung (foto impromptu: Prabu Pramayougha)
No, thank you for answering! Okay then, let’s move on. Saya punya satu pertanyaan random personal untuk masing-masing dari kalian yang mungkin tidak ada kaitannya dengan semua obrolan soal scene dan apalah itu yang tadi kita bahas. Is it okay if I spit them out?

J: Let’s hear it! (tertawa)

P: Oh shit I’m nervous (tertawa)

Baiklah. Untuk Adam, apakah kamu masih suka Descendents?

A: Wait what? What about the Descendents? (tertawa)

Well, from this I guess (memperlihatkan foto Adam semasa muda menggunakan kaos Descendents)

A: Well, yes. I used to be into them. Sekarang sih enggak haha!

J: Semua orang pernah menjadi muda dan mendengarkan Descendents (tertawa)

Okay next, Paden gimana rasanya kerja di World Market?

P: Wait how do you know that? (tertawa)

J: Bro just pulled off some Nardwuar shit on you! (tertawa)

P: (Tertawa) Baiklah. Kerja di World Market lumayan oke uangnya. Tapi jam kerjanya terlalu ketat dan saya tidak berencana untuk bekerja lagi di bidang macam itu. Damn, that was a long time ago. Mungkin waktu saya awal-awal masuk kuliah buat cari penghasilan lebih.

Finally, Jeff, selain Kimi No Na Wa, apalagi anime yang kamu suka?

J: I knew it! Hampir semua orang di Jepang nanya hal yang sama ke saya! (tertawa)

Okay. Saya suka Berserk, Akira dan tentunya Naruto.

P: Oh man, yeah Naruto!

J: Saya bisa tunjukan kamu cara lari Naruto yang baik dan benar!

Foto: Jeff Caffey

 

Tagged

#gag #interview #washington #hardcore punk