Kumpulan Lagu Band Lokal Berlirik Ngehe
Musik dan lirik dalam sebuah lagu tak bisa dipungkiri merupakan dua hal yang saling berdampingan dan melengkapi. Jadi, nggak ada tuh yang lebih penting di antara keduanya. Sebagai orang yang doyan sing along, tentunya saya cukup rajin buat bacain lirik dari lelagu yang saya suka.
Berdasarkan pengamatan saya pribadi, ada beragam pendekatan yang dilakukan dalam membuat sebuah lirik lagu. Ada yang membuatnya sehati-hati mungkin, sehingga hasil akhirnya terdengar elegan, megah, ataupun pretensius. Ada juga yang dibuat dengan diksi sehari-hari yang lebih sederhana dan akhirnya terasa dekat dengan para pendengarnya. Yaa, terserah masing-masing musisi/band-nya aja itu mah. Bebas.
Tapi, di antara banyaknya lirik yang keluar masuk kuping setiap saya dengerin musik, salah satu tipe lirik yang akan berkesan adalah yang bikin saya mikir, “ngehe juga nih liriknya”. Entah itu berarti berhasil bikin saya kaget, kagum, ataupun heran dengan apa yang diucapkan oleh sang vokalis. Berdasarkan hal tersebut, menarik rasanya buat merangkum beberapa lagu dari band lokal yang punya lirik ngehe.
Silakan dinikmati~
Tabraklari – Lagu Timnas Arab
“[semua nama pemain kesebelasan tim sepak bola nasional Saudi Arabia]”
Kata siapa bikin lirik lagu itu ribet? Coba tengok apa yang dilakukan oleh Tabraklari. Entah karena males ribet atau kelewat kreatif, pada “Lagu Timnas Arab” mereka mengabsen satu per satu nama dari pemain tim nasional sepak bola dari Arab Saudi untuk dijadikan sebuah lirik. Tambahkan ketukan ngebut ala hardcore punk, dan voila hasilnya adalah sebuah lagu antik nan ikonik. Yaa, sesuai lah dengan persona band-nya yang memang dikenal ngocol.
Nggak heran makanya, entah berapa orang di lingkungan terdekat saya melakukan update dengan menggunakan lagu ini pada Instastory mereka sebagai selebrasi kemenangan Arab Saudi terhadap Argentina di laga Piala Dunia 2022 kemarin.
Hooded – Dua Ribu Delapan, Now!
“Lupakan Boston, Lupakan Jersey, Lupakan Connecticut, Lupakan ’88!
Beritakan Sumedang, Beritakan Cijerah, Beritakan Cibaduyut, Beritakan Cigondewah, 2008 now!”
Glorifikasi yang berlebihan terhadap suatu era dalam konteks apapun jika sudah dilakukan secara berlebihan pasti akan terasa memuakkan. Lagu “Dua Ribu Delapan, Now!” merupakan ekspresi kemuakan Hooded terhadap glorifikasi berlebihan yang dilakukan oleh komunitas straight edge/youth crew lokal terhadap era keemasan hardcore di tahun 80an. Hal tersebut dirasa tidak relevan untuk ranah lokal, karena Indonesia tidak pernah memiliki/mengalami era keemasan hardcore pada tahun tersebut.
Untuk apa selalu berkaca ke luar, jika kita juga memiliki pergerakan yang patut untuk diperbincangkan? Oleh karena itu, Hooded mengajak untuk membicarakan pergerakan yang terjadi di lingkup terdekat dengan diri kita, mulai dari RT/RW, kelurahan, ataupun kecamatan. Maka nggak aneh kalau kamu menemukan banyak daerah lokal di lirik lagu ini, sebagai penekanan konteks yang ingin mereka sampaikan. Sebuah formula yang unik.
BongaBonga – Kont(r)ol
“Mari teriakan kontrol tanpa huruf ‘r’!”
Sejak kemunculannya, BongaBonga langsung menarik perhatian para penggemar musik keras. Selain karena memang merupakan supergroup, persona dan materi yang dibawakan juga saling berkontradiksi sehingga menjadi daya tarik tambahan. Kerasnya trash metal yang dikemas dengan visual yang warna-warni, ditambah dengan lirik-lirik ringan tanpa diksi yang njelimet dan penuh umpatan.
Tapi, kalau kamu pengin ikut mengumpat tanpa terdengar mengumpat secara utuh, BongaBonga juga punya solusinya. Lagu “Kont(r)ol” merupakan sebuah ajakan dari buat kamu yang ingin mengumpat namun tetap terasa elegan.
Leipzig – Manchester 56-80: The Pilgrimage of Tuan Curtis
“The irony of your own life story, where is the joy? I can’t find any.
Oh tapi sudahlah yang tenang di sana. Semoga kau khusnul khotimah.”
Ketika debut single dari Leipzig ini dilepas secara resmi, langsung menjadi instant favorite bagi saya. Video klipnya yang artsy, materinya yang straight forward dan padat, menjadi beberapa alasan kenapa saya menyukai mereka. Terlebih ketika saya membaca liriknya yang membuat saya tersenyum dan memutar kembali lagu ini tanpa henti.
Kapan lagi kamu menemukan sebuah band yang membuat lagu homage terhadap Ian Curtis dengan membubuhkan frasa “Cigadung Raya” dan “khusnul khotimah” dalam satu rangkaian lirik yang sama? Saya rasa cuma Leipzig yang bisa melakukannya.
Bvrtan – Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Impian Anak Band Andergron
“Bang Mvlis, kenapa kamv ngeband? Bvang waktv! Bvang harta!”
Jika biasanya Bvrtan membawakan narasi mengenai isu sosial wong cilik yang berhubungan dengan agraria, pada lagu ini mereka mencoba menyentil hal lain, yaitu anak band. Trio asal Depok tersebut memotret sebuah fenomena di kalangan anak band yang disampaikan melalui sosok Bang Mvlis asal Svkatani. Dirinya berimpian memiliki band yang terkenal dan dikenang. Namun, progres dari band-nya tak kunjung sukses dan cenderung stagnan.
Alih-alih bisa menghidupi dan dikenal melalui band-nya, Bang Mvlis memilih untuk mengabaikan hal-hal esensial termasuk kebahagiaan keluarga terdekatnya untuk fokus “berkarya”. Sebuah hal yang sangat relate terhadap para musisi bawah tanah yang masih merintis. Di mana pada awal berkarirnya harus mengorbankan banyak hal, baik dari segi waktu, tenaga, sampai materi. Meskipun hasil akhirnya belum tentu sesuai dengan keinginan. Sad.
Tapi kalau kamu, apa aja hasil yang didapatkan selama ngeband sampai sekarang?