X

Kill Boksoon Ternyata Bukan Sekadar Kill Bill Cabang Korea

by Abyan Nabilio / 1 year ago / 793 Views / 0 Comments /

Serial Kill Boksoon menceritakan tentang sulitnya membagi diri sebagai seorang ibu tunggal sekaligus pembunuh profesional yang sukses.

Melihat judulnya, saya pikir tadinya Kill Boksoon merupakan petualangan seorang perempuan dalam misi balas dendam kepada mantan tunangannya yang bernama Boksoon. Dengan sering ditemukannya remake film internasional di Netflix macam Miracle in Cell No. 7 atau serial Money Heist, saya pikir awalnya Quentin Tarantino ingin memulai waralaba judul-judul filmnya. Ternyata, film ini tidak semirip itu dengan Kill Bill.

Kill Boksoon adalah moniker dari sang pemeran utama yang diambil dari nama aslinya, Gil Boksoon (Jeon Do-yeon), dan kesuksesannya sebagai karyawan teladan (dengan tingkat keberhasilan 100%) di perusahaan pembunuh pesanan berkedok manajemen artis, MK Entertainment. Seperti para idol-idol Korea Selatan, lulusan manajemen ini akan melakukan debut saat mereka dipikir siap.

Boksoon punya beberapa kesamaan dengan Beatrix “The Bride” Kiddo a.k.a. Black Mamba dari Kill Bill. Mereka sama-sama pembunuh yang andal. Mereka juga akhirnya harus membunuh rekan-rekan sepekerjaan sampai bos mereka. Yang membedakan keduanya adalah The Bride baru akan memasuki masa-masa parenthood setelah misinya selesai sedang Boksoon menjalankan keduanya sekaligus.

Di luar pekerjaannya sebagai pembunuh profesional, Boksoon adalah ibu-ibu pekerja biasa yang kesulitan membagi fokus antara anak dan pekerjaan, seperti karakter-karakter pemberdayaan perempuan lain yang biasa ditemukan di budaya pop. Foto-foto hasil jepretan karakter Julia Roberts di Stepmom hampir selalu bisa diandalkan kliennya sedang di rumah ia kesulitan menghadapi anak-anak tiri barunya. Elastigirl harus menyelamatkan dunia sembari mengurus Violet, Dash, dan Jack-Jack. Di tayangan Korea Selatan lain, karakter utama Birthcare Center yang sukses mengejar karier mendapati hidupnya berubah setelah melahirkan.

Semua ibu-ibu tadi menjalankan kehidupan dengan moralitas yang relatif bisa diterima masyarakat umum. Boksoon, di sisi lain, bisa makan, menyekolahkan anak, membeli apartemen mewah, dan punya Mecedes Benz G-Class dari uang hasil membolongi dada orang yang tidak selalu jahat. Apa jadinya kalau anak menjadikan orang tua seperti itu menjadi teladan dan bercita-cita punya pekerjaan seperti mereka.

Kill Boksoon secara umum melihat membunuh sebagai sekadar profesi. Bisa dikatakan, film ini merupakan versi ekstrem dari drama-drama keluarga di mana karakternya menjalankan dualitas sebagai profesional dan kepala keluarga karena Boksoon adalah seorang ibu tunggal. Lagi pula, apa yang dialami Boksoon di dunia kerjanya pun sebenarnya terjadi di pekerjaan sehari-hari. Seperti Boksoon yang menyembunyikan pekerjannya, musisi pun sepertinya akan menjauhkan sebagian cerita di backstage dari telinga anaknya. Di ranah  Boksoon, sikut-sikutan juga terjadi, bahkan sampai tusuk-tusukkan secara harfiah.  Seperti karakter Robin Williams di RV, happy ending untuk drama keluarga macam ini biasanya berisi orang tua yang mengorbankan pekerjaan demi keluarga dan itu juga terjadi pada Boksoon.

Biarpun begitu, ada beberapa bagian di film yang menjadi pembenaran masalah moralitas  membunuh. Perbincangan Boksoon dan rekan kerja sekaligus pacar berondongnya soal dunia yang ironis, bagaimana orang mencari kedamaian dengan berperang dan bagaimana orang menginginkan kebenaran namun percaya akan kebohongan. Selain itu, titik balik Boksoon melepas janjinya kepada bos soal memiliki anak tidak akan memengaruhi pekerjaannya pun terlanggar saat ia ditugaskan untuk membunuh anak orang yang tidak bersalah.

Saat membahas The Glory beberapa waktu lalu dibahas bahwa tayangan Korea Selatan seringkali mengangkat tema perundungan. Bahkan film ini pun menyempilkan kasus perundungan anak Boksoon di sekolah yang berujung pada ancaman dikeluarkannya ia dari sekolah karena menusuk perundungnya dengan gunting di area vital. Namun, selain perundungan, tema kekerasan dalam rumah tangga pun tidak kalah sering terbahas. Di The Glory sendiri, asisten sang pemeran utama merupakan ibu rumah tangga yang ingin balas dendam karena kekerasan suaminya. Selain itu, tayangan lain seperti He Is Psychometric, The Penthouse 3, Move to Heaven, dan Voice 4 juga mengangkat tema serupa. Boksoon sendiri bisa berakhir di jalur yang keras karena didikan ayahnya yang tidak betul. Ia pernah dipukuli hingga wajahnya babak belur dan disuruh menelan rokok karena ketahuan merokok. Sepertinya, kekerasan domestik juga menjadi masalah yang besar di Korea Selatan.

Salah satu daya tarik Kill Boksoon adalah adegan-adegan laganya. Laga pembuka bilingual antara Boksoon melawan seorang yakuza keturungan Korea Selatan dengan idealisme samurainya berlangsung sangat sengit namun berakhir kocak saat Boksoon mengambil jalan pintas karena harus belanja keperluan keluarga. Pertarungan spidol dengan anak magang pun begitu penuh gaya. Laga terbaiknya mungkin pertarungan dua lawan lima antara Boksoon dan anak magangnya melawan rekan-rekan seprofesi mereka ditambah penjaga warung makan langganan mereka. Adegan yang tadinya hanya ngobrol-ngobrol biasa tiba-tiba berubah mejadi pembantaian plus bunuh diri tak sengaja yang seru namun menggelitik perut. Sayangnya pertarungan pamungkas antara Boksoon dan bosnya yang ditunggu-tunggu penonton hanya terjadi di angan-angan, seperti pertarungan pikiran Moriarty dan Sherlock Holmes versi Robert Downey Jr.

Di samping aksi laga macam John Wick, Kill Boksoon berisi pesan-pesan edukasi menjadi orang tua. Masalah utama film ini ada pada bagaimana ibu dan anak menerima dan mau menceritakan rahasia masing-masing. Boksoon tentu dengan pekerjaan kelamnya dan anaknya (tentu sebagai karakter film Netflix masa kini) yang lesbian. Kutipan Boksoon soal bagaimana mengurus anak lebih sulit dibanding membunuh cukup relevan. Ia mengatakan bahwa mengurus anak tidak ada kontraknya. Boksoon mencoba pola asuh yang berbeda dari ayahnya agar anaknya tidak berakhir seperti dirinya tapi tetap saja anaknya menyebalkan. Seorang ibu dapat istirahat bahkan mengundurkan diri dari pekerjaanya saat mereka lelah. Namun, bayi akan tetap menangis pada pukul 3.00 kalau mereka mau, tak peduli selelah apa pun ibunya. Begitu pula dengan remaja dengan segala kebangkangannya.

Tagged

#Kill Boksoon #review #netflix

Leave a Reply