TRACK TALK: Jimijazz – Xerografi Semesta (Single, 2023)

Jimijazz ajak pendengarnya untuk kembali mengenang era kejayaan photocopy service dan format kaset kopian melalui single terbarunya.
Tak bisa dipungkiri, proyek musik yang digawangi oleh Jimi Multhazam selalu menarik untuk disimak. Mulai dari The Upstairs yang menjadi panutan para Modern Darlings, Morfem dengan narasi muda-mudi urbannya, hingga Jimijazz, proyek musik crossover yang telah eksis sejak 2018 lalu. Setelah melakukan teasing sejak tahun lalu dengan mengunggah kegiatannya dalam dapur rekaman, akhirnya Jimijazz kembali dengan melontarkan amunisi terbarunya berjudul Xerografi Semesta. Selain penanda untuk mengakhiri paceklik karya sejak perilisan debut EP-nya, rilisan ini juga merupakan rilisan perdana Jimijazz dengan formasi terbarunya. Kini, Jimi dibantu oleh Mika (The Rang-Rangs), Arya (Dead Vertical), dan Hendra (Edane) untuk membombardir area moshpit.
Sebelum saya membahasnya lebih jauh, sedikit disclaimer. Ulasan ini merupakan impresi dari kacamata saya yang sangat awam terhadap musik crossover ataupun thrash-metal. Saya mengakui cukup awam, karena Suicidal Tendencies adalah satu-satunya band yang saya ketahui dan terasosiasi dengan musik keras tersebut. Meskipun begitu, tapi saya cukup bisa merasakan adanya perbedaan nuansa pada single “Xerografi Semesta” dengan karya mereka sebelumnya. Baik dari segi musik, ataupun narasi.
Secara musik, jika dibandingkan dengan trek di EP Kebisingan Pancaroba yang Merongrong di mana saya merasa bahwa itu adalah karya perpanjangan dari proyek musik Jimi lainnya, Bequiet. Karena memiliki pendekatan yang mirip dan sukar dibedakan. Sedangkan pada single terbarunya ini, Jimijazz terasa menemukan titik terang dalam meracik formula musiknya sendiri. Musiknya terdengar lebih melodius, dengan sound yang polished. Meskipun masih memiliki benang merah yang sama, bertempo kencang penuh distorsi. Saya merasakan Xerografi Semesta ini lebih easy listening, tidak terlalu agresif. Sehingga mungkin bisa jadi salah satu lagu perkenalan yang tepat bagi kamu yang awam terhadap musik keras. Kalau boleh sok tau sih, mungkin perubahan personil juga sedikit-banyak berpengaruh terhadap hal tersebut.
Sedangkan secara lirik, walaupun masih membawakan nuansa nostalgia tahun 90-an, Jimi melakukan pendekatan yang berbeda. Jika momen yang diabadikan pada rilisan sebelumnya memiliki nuansa yang cenderung gelap dan kelam karena menceritakan kembali beberapa tragedi terdahulu. Xerografi Semesta ditulis untuk mengenang era kejayaan photocopy service dan blank tape. Dua hal esensial bagi para remaja tanggung berkantong tipis tapi tetap ingin melakukan eksplorasi musik-musik baru pada masa itu, yaitu dengan membajak dan membuat mixtape dari lagu-lagu kesukaannya. Dari segi artistik, dengan dibahasnya teknik “jadul” bernama xerografi pada lagu ini, rasanya tinggal menunggu waktu saja sampai para muda-mudi artsy tanah air secara masif yang akan mencoba untuk mengimplementasikan style tersebut pada kekaryaannya.
Setelah mendengarkan Xerografi Semesta, sepertinya Jimijazz akan saya masukkan ke dalam daftar band wajib pantau. Sebagai penyegar di tengah daftar putar harian saya yang dipenuhi oleh bebunyian twinkly juga lagu bernarasi kesedihan tak berkesudahan. Tak sabar rasanya menantikan rilisan selanjutnya dari Jimijazz.