X

Jan ‘ZIP’: “Kata Siapa Hardcore Harus Selalu Macho, Gagah atau Kasar?”

by Prabu Pramayougha / 2 years ago / 2405 Views / 0 Comments /

Obrolan kami bersama Jan dari ZIP yang meski melahap banyak musik namun menyimpan rapat hardcore di hatinya.

Gila. Dipikir-pikir perkenalan saya dengan Januar Kristianto alias Jan (vokalis band hardcore asal Jakarta, ZIP) sekarang menginjak tahun ke-15. Saya masih ingat betul pertemuan awal kami di Rossi (venue musik legendaris di Jakarta Selatan) ketika band hardcore saya kala itu bermain di sebuah gig yang diadakan di sana. Setelah pertemuan pertama itu, kami pun lebih intens menjalin korespondensi melalui jejaring media sosial – terutama di sebuah situs bernama Last.fm.

Berkat fitur Last.fm yang berlandaskan jejaring sosial berdasarkan selera musik para penggunanya, rasanya alur obrolan kami berdua kala itu memang mayoritas berkutat di sirkuit selera musik dan pertukaran referensi seputarnya. Satu hal yang masih saya ingat soal selera musik Jan di Last.fm yaitu dia mendengarkan banyak musik. Like literal shit ton of music. Tidak terpaku pada satu genre saja. Tapiii, satu ceruk musik yang kerap mendominasi sesi scrobbling Jan kala itu adalah hardcore punk. Saya pun sempat menanyakan langsung kepadanya kenapa dari segala banyak asupan musik yang ia nikmati dari dulu, sampai sekarang dia masih saja identik dengan hardcore punk. Dengan entengnya dia pun menjawab: “Deep inside my heart, I’m still a hardcore fan.” Beuh.

Jadi saya pun terpikirkan untuk mengobrol sedikit soal hardcore dari sudut pandangnya dan merangkumnya untuk dijadikan sebuah artikel ‘wawancara’ seperti yang kamu  sedang baca ini. So get into it!

Buat orang yang enggak kenal Jan, coba deskripsikan Jan itu siapa dan apa yang bisa membuat obrolan tetap berjalan bersama Jan?

Susah juga mendeskripsikan diri sendiri >.< hmm apa ya?!? Gue itu (mungkin) bisa dibilang ambivert, pretty obsessed with music (altho skill bermusik sih kagak punya yeee), palugada kreatif & huge foodie (I think!). Yang bisa bikin obrolan tetep jalan sama gue sih curiosity sama frequency kali ya? Kalo orangnya tetep kepo sama subject yang diomongin bisa jadi percakapannya bakal terus looping. Apalagi nemu frequency yang nyambung nah itu bonus!

Mungkin sekarang Jan dikenal sebagai vokalis ZIP, tapi boleh diceritakan apa saja beberapa proyek musik yang Jan pernah gawangi sebelumnya?

Gue pernah terlibat di beberapa musical project: ada band thrashcore namanya Give Heart/Agresi, youth crew turning lockjock worship Raincoat, experimental Revolution Summer/noisy indie rock Vague dan last but not least, Jirapah.

Tapi apa titik awal yang membuat Jan jatuh hati dan berkiprah di kancah hardcore punk?

Pertama kali ke acara knup-knupan dulu pas masih sekolah di Bali itu berasa masuk ke dunia yang bener-bener asing buat gue. Asing dalam artian sebuah hal yang belum pernah gue alami sebelumnya tapi definitely enlightening buat gue. Dari situ titik tolak gue buat ngulik lebih lanjut mulai dari beli rilisan, nyoba jamming sama temen SMA (masih standard bawain Blink, Rancid, NOFX di kala itu), dan pastinya dengan pergi ke gigs itu lo otomatis berjejaring & ketemu like-minded people. The rest gue jalanin secara organik aja sampe sekarang.

Menurut Jan, dalam aspek musik hardcore punk, mana yang lebih penting: musik/lirik?

Kalo buat gue pribadi, I have to like the music first baru bisa masuk ke aspek liriknya. Menurut gue dua hal ini saling complimentary satu sama lain tapi tidak exclusively harus jadi satu paket alias gue bisa doyan musiknya tapi liriknya so-so atau sebaliknya. Eventhough kalau musiknya bapuk tapi liriknya brilian, tetep aja bakal ke-skip.

Apa miskonsepsi soal hardcore punk yang Jan sering temui di kebanyakan opini publik?

Konon “hardcore harus selalu macho atau tough atau violent”. Ya enggak juga malih! Justru di hardcore itu elo bisa ketemu banyak ragam individual yang berbeda dengan preferensi mereka masing-masing. Ada band hardcore yang haluannya lebih mengusung tema seputar gender equality, ada juga yang ranahnya lebih personal, ada yang konyol dan apolitis, ada juga yang ngomongin tongkrongan dan enggak sedikit yang bicarain soal iklim sosial politik. Justru di hardcore, elo bisa punya kesempatan untuk ngebuka pikiran, lebih eksploratif & dapetin banyak banget perspektif.

 

Bagaimana pendapat Jan soal hardcore punk yang kini mulai perlahan menembus gelembung kisaran pendengaran penikmat musik yang lebih populis?

Menurut gue gak terelakkan soal gelombang hardcore post-pandemic generation ini yang makin hari makin naik. Disamping wave-nya Turnstile yang enggak abis-abis, gue ngerasa sekarang hardcore itu lebih “diterima” sama khalayak ramai, walaupun level penerimaannya masih sebatas meme dan banyolan di Tiktok. Populis tapi ya sebatas di surface level, alias tipis.

Rekomendasikan kami 5 band hardcore punk yang underrated/overlooked!

Upstab (USA)
Reckless Aggression (AUS)
Human Gas (JPN)
Permission (UK)
Mad Men (CAN)

What’s next with you or ZIP?

We’re working on our upcoming debut LP, wish us luck!

Tagged

#jan #hardcore #januar kristianto #interview #zip

Leave a Reply