X

Apa Tur Luar Negeri Layak Dijajal?

by Prabu Pramayougha / 2 years ago / 527 Views / 0 Comments /

Apakah sebetulnya tuar luar negeri – yang konon dianggap agenda prestisius untuk sebuah band – layak dijajal?

Suatu waktu ketika saya bersama beberapa kawan sedang bercengkerama, ada satu celotehan dari kawan kami yang membuat seluruh obrolan cair kala itu tiba-tiba terhening. Di tengah kepulan asap rokok dan kunyahan gorengan, tiba-tiba dia memecah fokus kami dengan bertanya: “Emangnya band tur luar negeri tuh buat apa sih tujuannya?”. Kami semua pun sejenak terdiam sambil berpikir sebentar guna mencari argumen masing-masing.

Lalu akhirnya ada satu kawan yang mengutarakan konsepnya akan salah satu kegiatan nge-band yang dianggap paling wahid oleh beberapa orang tersebut. Kurang lebih seperti ini opininya: “Ya buat naikin reputasi dia lah. Jadi pas dia balik ke Indonesia lagi itu, dia bisa punya bargaining power buat jadi makin populer dan kalau emang band atau artis itu ada di ranah industri musik, jelas itu jadi nilai tersendiri untuk produk musik yang dia kerjain.”

Beberapa dari kami pun mengangguk seakan mengamini ucapan satu kawan kami itu. Karena saya pribadi pun berpikir memang ada benarnya juga opini tersebut. Ketika sebuah band dikenal di luar tanah airnya dan pernah menginjakkan kakiknya untuk bermain musik di negara lain, itu adalah sebuah prestasi yang positif. Artinya dia bisa memainkan musiknya secara langsung di depan crowd yang berbeda dengan aspek demo/geografis yang berbeda juga. Juga saya rasa, ada aspek dimana karya sang musisi/band tersebut sudah bisa diapresiasi melewati batasan bahasa atau pun kultural dari masing-masing domisili.

Namun di sisi lain, mungkin ada pun band lain yang memutuskan untuk tur ke luar negeri sebagai sebuah langkah nyata untuk melibatkan entitas mereka kepada kancah musik global – sehingga ketika ada percakapan tentang band apa yang bisa dianggap sebagai representasi untuk negaranya, band itulah yang menjadi top of mind. Tentu itu pun adalah hal yang positif. Setidaknya bagi saya pribadi. Karena ketika sebuah band telah berhasil menorehkan eksistensinya di kancah musik ceruknya masing-masing, maka tentu band itu sahih dianggap sebagai band yang menjadi eksponen utuh dari lokasi lain untuk ceruk musik tersebut.

Kembali lagi ke momen bercengkerama tadi, tak lama kemudian kawan saya yang membuka topik obrolan soal tur luar negeri itu pun kembali mengutarakan opininya: “Oke bisa masuk akal. Tapi coba pikir-pikir lagi deh, buat apa sebenernya ngabisin duit dan waktu ke luar negeri ketika sebenernya pendengar loyal mah ada di negara sendiri? Itu mah akal-akalan band-nya aja kali ya buat bisa jalan-jalan ke luar negeri.”

Kami pun tertawa seraya dia menyelesaikan celotehannya. Tapi saya pribadi malah berpikir lebih keras mendengarkan opini itu. Kalau dipikir-pikir, ternyata memang ada betulnya juga opini seruntulan itu. Sialan. Sepengamatan saya, memang ada beberapa band lokal yang sudah melaksanakan tur luar negeri tapi sepertinya reputasi mereka di dunia luar sana sama sekali tak berubah dan juga sepertinya ketika mereka pulang ke tanah air pun tak memberikan imbas yang siginifikan terhadap band atau pun kancah musik yang mereka naungi. Entahlah. Mungkin satu-satunya imbas yang terlihat bagi band-band tersebut adalah buah bibir beberapa pihak yang kagum akan effort yang mereka ambil untuk berangkat ke luar negeri dan juga tawaran harga manggung bagi sang band yang bisa dinaikan seenak udel. Just saying.

Jadi dengan kemelut dalam pikiran saya macam itu, mungkin memang benar adanya kalau ada beberapa band yang berangkat ke luar negeri itu sebetulnya hanya sebagai momen pelesir saja. Kalau dilihat dari sudut pandang etos skena yang konon dianggap serius oleh beberapa pihak, mungkin saja hal itu adalah hal yang kurang baik karena dianggap tidak memberikan khasanah apa pun untuk the so-called scene that they built and live in. Tapi di sisi lain, sepertinya tak ada yang salah juga untuk hanya sekedar bermain dan tak memiliki agenda apa pun. Mungkin yang akan jadi masalah adalah ketika ada pihak lain macam sponsor yang terlibat dalam aktivasi tersebut dan ternyata keberangkatan mereka ke luar negeri tak berarti dan tak menghasilkan gaung awareness apa pun.

Kalau ditilik dari aspek realistis, tentu sebetulnya tur luar negeri sangat realistis untuk dilakukan – apabila koneksi dan biaya yang dibutuhkan memang mumpuni. Dan rasanya tak ada salahnya juga untuk dilakukan. Apa pun tendensi di belakangnya.

Tagged

#tour #opinion #music

Leave a Reply