X

TRACK TALK: White Chorus – do you guys wanna listen to some electro-pop music? (EP, 2024)

by webadmin / 5 months ago / 592 Views / 0 Comments /

Ibarat kunjungan ke rumah White Chorus dan tiba jamnya jamuan tuan rumah dikeluarkan dengan pertanyaan “Do you wanna listen to some electro-pop music?”, saya tanpa ragu menjawab, “Sure!


Baru-baru ini, White Chorus kembali dengan rilisan baru berupa EP yang mereka kasih tajuk do you guys wanna listen to some electro-pop music? EP yang semakin menguatkan gairah dan hasrat mereka pada musik-musik dance, tentunya tanpa menjadikan mereka unit musik angin-anginan atau seakan kehilangan arah.

Bisa dibilang ini adalah lanjutan transisi yang halus dari karir White Chorus dalam mengembangkan ide dan referensi yang selalu berganti seiringan waktu. Semakin memantapkan penulisan lirik berbahasa Indonesia yang bisa dibilang sukses memikat banyak pendengar saat mereka memberanikan diri memulainya di Limbo. Dalam satu rilisan, kali ini jumlahnya lebih dominan. Dan seperti semestinya, lirik Bahasa guna membuat konteks dan pesan jadi lebih mudah cerna buat telinga lokal pun terdengar tepat guna di beberapa nomornya.

EP ini dibuka dengan nomor yang catchy sekaligus menggugah dengan tajuk “Kadang Ingin Berhenti”. Sejauh ini, nampaknya nomor ini masih tak begitu mendapat sorota, padahal buat telinga saya pribadi jadi salah satu yang terbaik, bahkan saat seluruh rilisan belum habis saya jajal. Beat yang langsung memantik energi, vokal yang smooth, juga diikuti narasi optimistis ikut membuat pendengar optimis untuk menelan trek-trek selanjutnya,  seakan bernada kontradiktif dengan tajuknya. 

do you guys wanna listen to some electro-pop music?

Nomor kedua, “Bertanya-tanya” langsung menyajikan kolaborasi yang menampilkan nama Nissi Wardoyo buat sesi solo permainan saxophone. Sentuhannya berhasil membuat nomor ini memancarkan aura elegan, penempatan juga porsinya yang tepat membuatnya tak begitu sekilas juga tidak terlalu dominan. Ini layaknya sebuah penyedap di sebuah hidangan yang sukses menyempurnakan sajian untuk memanjakan berbagai indera sang penyantap. Tak hanya pengecap, namun juga aroma tanpa perubahan rasa yang dominan.

Selanjutnya adalah “Minggu” yang saya rasa dari segala komposisinya sangat layak untuk menjadi lagu pengiring atau bahkan sound template yang seakan siap dieksploitasi content creator buat menggambarkan kondisi-kondisi sial di keseharian. Diikuti rasa pop/aternative guitar-based music namun beat yang danceable macam UK garage membuat nomor ini menghadirkan nuansa yang unik. Terlebih lagi, nada yang Friska (vokal) nyanyikan berpotensi nyangkut di telinga pendengar dalam satu kali dengar. Tak heran kalau lagu ini bakal jadi jagoan mereka dari EP ini, baik buat dibawakan live atau buat tindak lanjut aktivasi lainnya.    

Berlalu ke runutan berikutnya, ini juga jadi salah satu nomor yang sukses mencuri hati saya saat pertama kali menelusuri EP ini, “Mystery pt.2“. Berhubung mereka menyelipkan “part 2” membuat saya berpikir kalau ini mungkin adalah lanjutan dari nomor “Mystery” dalam album Limbo. Namun setelah menghabiskan seluruh durasinya, saya rasa keduanya tak berkesinambungan. Jika “Mystery” sebelumnya lebih rollercoaster — kadang menggebu kadang tenang, kadang naik kadang turun — nomor ini cenderung tenang dan statis, namun kesederhanaan itu yang justru membuat telinga saya terasa lebih dimanjakan. Entahlah, saya rasa instrumen, vokal, juga lirik yang diciptakan di sini terasa lebih syahdu dinikmati, terlebih lirik bahasa Indonesia yang ringan namun dekat dengan sehar-hari jadi pendekatan yang tepat buat menyambungkannya dengan pengalaman personal setiap pendengar, termasuk saya pribadi. 

Terakhir, mereka membuat “girl group jadi-jadian” buat nomor “Shine On” dengan mengajak Adeliesa, Noni dan Tarrarin. Meskipun sebenernya terasa nyaman-nyaman saja di telinga, namun saya kurang nyantol sama yang satu ini. Tak banyak yang bisa saya katakan, mungkin kebanyakan nenggak nomor-nomor baru NewJeans hingga cukup ‘latah’-nya industri K-pop men-UK-garage-kan artis-artis mereka seperti di rilisan terbaru Le Sserafim hingga grup baru nama yang muncul dengan nama Katseye membuat saya cukup kenyang dengan formula serupa (girl group with a UK garage type beat of music).  Entah ini jadi bentuk respon White Chorus terhadap tren tersebut atau bukan sama sekali, preferensi personal saya mengatakan demikian hingga akhirnya membuat saya cukup melewatkan momentum nomor yang satu ini.

Overall, saya suka approach White Chorus dengan formula barunya. Bagaimana mereka menyatukan musik-musik dance dengan lirik Bahasa Indonesia yang sangat sehari-hari (atau mungkin cocok dibilang kalau mereka di sini curhat colongan?). Meski beberapa titik terdengar picisan, namun ketika perspektif dirubah, maka ini hanya sebagian cara dari bagaimana entitas musik pop bekerja dengan membuat nomor-nomor yang relevan dan mudah cerna buat pendengar. Untungnya, kompromi tersebut tak membuat musiknya ikut murahan – sebaliknya, mereka berevolusi dengan baik. Mengarahkan referensi dan seleranya yang mungkin kini sudah berbeda dengan ketika mereka awal membentuk White Chorus. 

Jadi, kalau ini adalah ibarat kunjungan ke tempat mereka dan tiba jamnya jamuan tuan rumah dikeluarkan hingga kemudian sang pemilik rumah menanyakan, “Do you wanna listen to some electro-pop music?” Sebelum minggat, maka saya tanpa tahu malu akan menjawab, “Sure!”. Akan sama halnya seperti kalian bertamu ke rumah seorang juru masak dan ditawari makan malam, saya yakin tanpa sungkan kalian akan mengiyakan tawaran mereka karena tahu mereka mahir di bidangnya.

Dengarkan do you guys wanna listen to some electro-pop music? di sini!