X

TRACK TALK: softtrauma – Sorry, I Made a Mixtake (EP, 2025)

by webadmin / 4 months ago / 462 Views / 0 Comments /

Debut hambar dari softtrauma yang menonjolkan krisis identitas Delpi–baik sebagai individu maupun solois.


Menjelang akhir 2024, kabar soal Delpi yang akan berlayar dengan proyek barunya mulai terdengar di radar terdekat, konon katanya mengerjakan proyek solo. Melihat popularitasnya saat ini, saya rasa memang waktu yang tepat baginya untuk punya moniker sendiri. Menyantap kabar seliweran tersebut, rasa penasaran pun muncul, “Akan seperti apa arah musik yang akan ia ambil dalam langkah pertamanya sebagai solois?”

Tepat di Hari Valentine, 14 Februari lalu tanda tanya pun terjawab, EP bertajuk  “Sorry I Made a Mixtake” resmi mengudara. Bukan Delpi rasanya jika hanya rilis sekedar rilis, EP ini juga disertai dengan zine, menampilkan artwork dari 15 ilustrator lokal yang merepresentasikan keseluruhan EP. Untuk namanya, Delpi memilih moniker softtaruma. Maknanya pun tak diketahui pasti, mungkin jadi cerminan bagaimana ia menumpahkan kisah traumatis yang tak dapat ditumpahkan di Dongker, namun jika dilihat dari tajuk-tajuknya anggapan itu rasanya semakin kuat. 

Jika dibandingkan dengan Dongker, softtaruma jelas berbeda. Proyek ini terdengar lebih santai dengan lirik yang lebih personal. Isinya penuh nomor melankolis tentang cinta dan krisis identitas, berbalut folk yang berpadu dengan sentuhan unsur elektronik. Sayang, komponen dan durasinya yang minim justru menimbulkan kesan yang minus pula, EP ini terasa cepat berlalu. Dengan total tujuh trek berdurasi keseluruhan 13 menit, semuanya terkesan ringkas. Struktur lagu yang cenderung linear tanpa hook serta minimnya repetisi lirik juga membuat EP ini terasa seperti sekilas, melintas tanpa banyak jeda untuk melekat di ingatan. Setidaknya. Ini membuat effort yang sudah dilakukan Delpi dalam rangka rilisnya jadi terasa mubazir.

Meski secara tema, menurut saya sebenarnya cukup menarik. Penulisan liriknya mudah cerna. Banyak point of view unik seperti pertanyaan-pertanyaan mencari pembenaran ke diri sendiri yang muncul di trek “Berganti Pasangan” atau topik soal penyesalan hingga tahap acceptance dengan masa lalu pada trek “Aku Tak Mencintaimu”. Sebenarnya EP ini berpotensi mengajak pendengar menyelami diri sendiri dan berdamai dengan banyak hal yang coba dihindari atau dilewati. Hal yang cukup esensial sebelum bersuara atau memulai sesuatu yang lebih jauh.

Tapi hal ini belum bisa menutupi kesan kalau Delpi masih setengah-setengah dalam menyampaikan kisahnya dan menuangkannya lewat musik yang bisa jadi hantaman tepat di ulu hati. Hal itu membuat narasinya jadi tak terlalu lugas, padahal topiknya bisa relevan ke banyak orang. 

Dari segi suara, beberapa elemen terdengar cukup asing di telinga. Entah saya yang terlalu memegang banyak pakem atau memang terdengar ganjil, sentuhan-sentuhan tambahan seperti vokal yang di-chop dengan pitch tinggi membuatnya terdengar seperti ia berkolaborasi dengan Alvin and the Chipmunks atau suara pistol yang muncul tiba-tiba di lagu “Rasa Sesal” dirasa jadi usaha yang tak perlu. Tak menimbulkan kesan, malah terasa seperti duri dalam kerongkongan lagu.

Selain itu, usaha lain seperti mengundang Nara sebagai kolaborator di lagu “Banda Neira” juga kurang mampu menambah daya tarik, mungkin karena verse-nya terlalu singkat dengan flow yang terkesan datar, padahal secara lirik cukup kuat. Salah satu potongannya yang paling berkesan buat saya adalah “Kolase hasil mengada-ada, kubingkai rapih taruh di aspal, kuinjak-injak sampai binasa”, menuai senila nilai puitis yang dalam dan berhasil memberi kejujuran yang kuat kepada pendengar.

Jika boleh membandingkan, rasanya Delpi berusaha sedikit menuju ke arah apa yang Hindia selama ini lakukan. Lirik softtaruma dan Hindia sama-sama menggali tema pribadi di balik proyek utama mereka, meski punya pendekatan berbeda. Lirik softtaruma lebih melankolis dan terpendam, sering kali tentang cinta, penyesalan, dan pencarian jati diri, namun penyampaian yang tanggung, membuat semuanya seakan tak tuntas sehingga kebanyakan liriknya terdengar tak lebih dari sekedar celotehan. Meski tak apa juga, hanya saja saya pribadi cukup menyayangkan ide mentah juga effort yang sudah diusahakan.

Pada akhirnya, debut ini belum cukup untuk memetik rasa puas, ada banyak potensi yang belum sepenuhnya tergali. Durasi yang terlalu singkat membuatnya terasa terburu-buru, dan meskipun liriknya punya kekuatan, penyampaiannya kurang tajam untuk bisa meninggalkan kesan mendalam. Pendekatan musiknya yang (agak) eksperimental juga tak selalu berhasil mengena, dan beberapa pilihan vokal serta kolaborasi terasa belum maksimal. Mungkin ke depannya softtaruma bisa lebih membuka diri dengan penyamapian narasi yang lebih matang di garapan berikutnya, jika musiknya tak bisa begitu diandalkan. 

Kesimpulannya, sejauh ini softtrauma masih hambar sehingga keputusannya menjadi solois malah menyiratkan hal lain–ini adalah produk hasil krisis identitasnya sebagai personal atau sebagai solois?

Teks: Freykarensa

Dengarkan Sorry, I Made  A Mixtake di sini!