TRACK TALK: Skandal – Dengar (EP; Disaster Records, 2024)
Setelah melakukan “keteledoran” dalam rangkaian pembuka album debutnya tahun ini, lewat EP ‘Dengar’, setidaknya Skandal kembali pada jalan yang benar sehingga albumnya nanti patut buat dinantikan.
Akhirnya, setelah lebih dari satu dekade luntang-lantung di permukaan musik, unit alternative-rock/pop dari Yogyakarta, Skandal mengumumkan kalau tahun ini mereka bakal pecah telor – merilis debut album penuh. Sebelum itu, kuartet tersebut membagikan beberapa rangkaian, yang terakhir adalah versi prematurnya dari anak pertamanya nanti yakni EP dengan tajuk ‘Dengar’ yang sudah rilis beberapa waktu lalu via Disaster Records.
Sebelum membahas EP, saya akan membagikan impresi soal mereka beberapa waktu terakhir. Pascal dua single di tahun 2022, tepatnya sebelum Skandal mengumumkan rangkaian album penuhnya, mereka seakan gegabah merilis single “Terbang” yang konon katanya saat itu jadi pengantar album. Namun rencana tersebut mereka urungkan lantaran alasan yang tak saya ketahui (mungkin hanya jadi pertimbangan internal mereka). Akhirnya, mereka pun menggantikannya dengan rangkaian yang lebih matang – single “Mimpi” yang rilis lebih awal dan kemudian disusul dengan EP Dengar.
Buat saya itu jauh lebih baik, “Terbang” tak lebih dari nomor yang kehilangan gairahnya. Lesu tak berenergi, punya tatanan suara yang lebih buruk dari rilisan terakhir mereka, juga alur lagu yang terlalu lama dengan dinamika membosankan – biarpun Siddha (vokal) selalu berhasil menciptakan lagam yang catchy, namun hal tersebut tak menolong banyak. Terlebih nama Pandu Fuzztoni yang ikut campur di dalamnya pun tak jadi jaminan. Jujur, saya cukup kehilangan antusias.
Syukurlah kabar baik segera datang. Bersama Disaster Records, mereka menata ulang rangkaian albumnya dan mengembalikan gairah Skandal yang saya kenal lewat “Lemon” atau “Racau” di waktu-waktu sebelumnya, sehingga album debutnya nanti terasa layak untuk dapat antusiasme lebih.
Dengar terdiri dari empat nomor. Tiga perempat full band; “Mimpi”, “Dengar” dan “Utara”, serta sisanya tembang balada, “Sudah”. Konon lewat siaran pers, mereka sengaja melakukan formula macam ini agar dapat menggambarkan keseluruhan albumnya nanti yang mengandung nuansa joyful di beberapa sisi sekaligus melankolis di sisi yang lain.
Saya rasa mereka di sini mulai mengentalkan gaya penulisan lagu serta kemasan yang membuatnya seakan rilis di tahun 2000-an, terutama yang menampilkan vokal Siddha di dalamnya. Hal tersebut cukup saya rasakan karena pendekatannya yang begitu radio-friendly. Mulai dari alur lagu, akor yang terselip, lirik, hingga lagam yang tercipta. Ini seakan jadi upaya mereka buat mengembalikan era pop/rock TV lokal, meski (tentunya) bukan dengan pendekatan melayu.
Sementara kedua nomor berikutnya, menampilkan penuh vokal Robertinus Febrian Valentino. Disadur dari siaran persnya, kedua lagu ini juga ditulis oleh gitaris sekaligus ilustrator buat kebanyakan aset band bentukan 2011 itu. Tak aneh jika rasa yang ditawarkan pun cukup berbeda; mengacu pada suara dan style khas yang dihasilkan oleh band-band indie rock/pop rock Amerika ’90-an. Lagu tulisan Robert memang cenderung pada roots Skandal yang menurut saya punya nuansa demikian. Meski begitu, kedua formula tersebut terasa fit-fit saja, tak ada yang begitu mengganjal sejauh ini.
Di bagian akhir, mereka menyelipkan nomor balada yang seakan selalu hinggap di katalog musik Skandal. Bukan hal yang buruk, namun nomor ini tak meninggalkan kesan seperti ketiga nomor sebelumnya (atau memang selera saya yang kurang menyukai nomor macam ini). Meskipun secara muatan untuk keseluruhan EP terasa solid, namun saya jadi tak dapat meracau lebih buat yang satu ini. Sisanya, saya percayakan pada telinga serta interpretasi masing-masing pendengar.
Oh iya, saya lupa menuliskan satu impresi yang cukup mengganjal buat nomor “Mimpi”. Meski secara garis besar nomor ini enjoyable, ada beberapa hook yang saya rasa cukup tak nyaman untuk dilakukan berulang-ulang, yakni ketika Siddha melempar vokalnya lantaran nada dari beberapa part dibuat datar. Yah, sudah terlambat untuk membenahinya (meskipun rasanya tak perlu juga), lagunya kadung rilis dan mengudara.
Kesampingkan beberapa impresi negatif yang saya lempar, Dengar tetap jadi pengantar yang menggugah pendengar menuju album debut Skandal setelah sekian lama eksis. Meleburkan rasa unit lokal dengan injeksi kebaratan tanpa terdengar hanya dominan di salah satu sisinya. Saya agaknya setuju pada lontaran komentar salah satu warganet di kolom komentar postingan Skandal dan Disaster saat single “Mimpi” keluar; “Skandal adalah Sheila On 7 jika mereka tumbuh dan berkembang di pinggiran kota di Amerika”.
Dengarkan EP ‘Dengar’ di sini!