Berkenalan dengan VISUC, Spirit Terkini Hardcore Punk dari Kepingan Indie Rock/Pop Bogor
Beberapa delegasi dari dua eksponen indie rock/pop asal kota hujan mencoba kesukaannya akan hentakan hardcore punk/raging punk dengan mendirikan VISUC.
Kota Bogor sudah menjadi lumbung keberadaan eksponen indie rock maupun punk garasi dari waktu ke waktu. Terbukti dengan hilir mudik band semacam Swellow, Texpack, The Kuda juga The Jansen. Begitu pula dengan potensi daun hijau yang harum di kancah belakangan ini, Starducc dan Rrag. Namun tak dapat dipungkiri spektrum musikal lainnya pun menyeruak dengan tajamnya. Hardcore punk, metal dan crust memiliki tempatnya pula di kota hujan tersebut.
Kolektif gorong-gorong sebut saja Taktik Barudax yang menginisiasi kehadiran tur Asbun tempo lalu, kemudian di sektor musik cadas ada Minortive yang kerap menjamu beberapa band dari luar Bogor dan sekitarnya, menjadi taji meyakinkan bahwasanya kota tersebut merupakan kawah yang tidak bisa dianggap remeh secara komunitas, terutama spiritnya.
Berbicara kelindan antara indie rock dan hardcore punk yang saling menjalar di nadi teman-teman Bogor memunculkan satu nama yang patut diperhitungkan. Beberapa delegasi dari Starducc dan Rrag akhirnya memutuskan untuk membawakan hardcore yang memiliki injeksi ngebut dan tanpa basa-basi bernama VISUC. Muncul di kuartal akhir 2024 dengan bekal satu self released super cakep, VISUC siap membombardir kancah dengan lirik yang meludahi kesenjangan sosial dan dampratan saklek yang menjurus komikal. Tak lupa, mereka juga sudah melangsungkan showcase albumnya di Bogor akhir bulan Desember lalu dan dipercaya jadi pembuka Golpe di Jakarta beberapa waktu ke belakang.
Mari berkenalan dengan VISUC dan sila simak obrolan singkat bersama mereka di bawah ini!
Coba bisa dikenalkan di VISUC ada siapa saja beserta nama lengkap dan bertindak sebagai apa?
Faturrachman (F): Ada gue M Faturrachman Prakasa kerap dipanggil “Atuy” di vokal, lalu ada Arafat Zawaid atau biasa dipanggil “Acil” di gitar, Ivan sering dipanggil “Caur” sebagai pemain bass, terakhir ada Daniel Agung Samudera mengisi posisi drum. (Keempatnya kebetulan memiliki profesi dan kesibukan yang berbeda. ada yang menjabat sebagai budak korporat, memiliki usaha warung kopi, kapster dan tukang sablon kaus)
Bagaimana latar belakang VISUC bisa terealisasi? Dan apa makna Visuc itu sendiri dan terbesit dari mana?
Daniel (D): VISUC sendiri sebenarnya berawal dari gua yang berkunjung ke tempat cukur Acil saat itu, sebenernya dateng kesana juga cuman pengen cukur, kaga ada tuh kepikiran emang mau bikin band, haha.
Gua inget banget waktu gua lagi dicukur sama Acil, si Acil tiba-tiba ngomong, “Nil, masih pengen bikin band punk gak?” gua saat itu langsung bilang “Gas Cil, gua masih pengen, haha”. Setelah pembicaraan itu gua sih langsung rekomenin Acil buat vokalis nya si Atuy aja (karena sebelumnya tuh, gue sama Atuy emang pengen bikin band Punk juga, cuman nggak jalan-jalan), setelah itu Acil juga nyaranin untuk pengisi bassnya itu Caur. Nah kebetulan tuh kita semua satu kampus di Bogor, jadi untuk bounding-nya pun gak perlu basa-basi alias langsung gas aja.
Arafat (A): Buat nama VISUC sendiri mah asli nya nggak ada artinya haha, yang penting menurut kami aneh dan keren aja didengar sama dilihatnya, hehe.
Mengapa memilih untuk bermain style hardcore punk/raging punk sebagai pondasinya? Trigger-nya dari mana?
A: Awalnya sih, garis besarnya mah punk, karena kangen punk-punkan. Sisanya mah ngalir aja gimana barudak.
F: Kalo buat main hardcore punk/raging punk sih sejujurnya gue emang pengen gitu, nah ketemu nih ama member lain buat main begini. Intinya pengen teteriakan sama maki-maki aja, arghh.
D: Basic-nya sih emang seneng sama main hardcore punk ini sih tapi gimananya kita bikin beda aja gitu biar nggak template banget. Ya contoh di lagu 5 itu ada blasting ala-ala black metal, terus Atuy vokal nya nge-scream ala-ala black metal juga (tapi batuk).
Ivan (I): Kalo gua sih sejujurnya ngikut aja orangnya, hahaha.
Sebagian dari kalian ada dari beberapa personel Rrag atau sebelumnya bermain di spektrum so called indie rock atau alternatif di Bogor dan sekitarnya. Mengacu dari pertanyaan sebelumnya, bagaimana kelindan shifting bahkan keseruan itu dapat terjadi?
F: Justru sebenarnya kami berangkatnya malah dari suka sama musik begini, mungkin bisa dikatakan baru ada kesempatannya di VISUC ini, selain karena memang bounding-nya juga cepat, kebetulan kita memang bikin VISUC ini berangkat dari seneng-seneng juga sih.
D: Gua setuju sama Atuy, kita berangkat dari seneng-seneng dan bisa dikatakan buat gua pribadi bikin dan main bareng sama VISUC adalah salah satu band yang genrenya gua senangi.
A: Yang dari Rrag cuma gua doang. Kalo Daniel ngeband di The Basement Dry sama Starrducc, tapi band pertama Daniel (Monyet Tinju) juga punk, LOL. Shifting-nya nggak gimana-gimana, justru malah pusingan di Rrag, ngepop gitu—lieur, hahaha.
Pertanyaan klise sih ini, siapa dan apa saja pengaruh bermusik dari kalian berempat? Boleh juga dengan alasannya. Dan seberapa besar pengaruh Saccharine Trust bagi scene rock kota Bogor? Beberapa nama di scene kota tersebut sering menyebutkan Saccharine Trust sebagai nama penting.
I: Gue kayak nya paling beda deh, LOL. Gue malah seneng dan terpengaruh gitu sama musiknya The Budos Band sama Wire, alasannya nggak ada, tapi gue liatnya ‘anjir bisa gini band’, haha.
A: Yang mempengaruhi mah keluarga sama mimpi kayaknya haha. Soal Saccharine Trust, dulu, sekolah gua tiap tahun bikin gig punk, The Kuda selalu main di situ, gua dan temen-temen doyan banget sama The Kuda, akhirnya tahu Saccharine Trust karena Wak Idam (gitaris The Kuda dan Swellow) doyan banget sama Saccharine Trust, jadinya gua dan temen-temen ikutan kebawa doyan juga sih.
D: Gua malah seneng sama musik d-beat juga powerviolence, Discharge sama Man Is The Bastard, alasannya sih gue seneng gitu sama musik raw juga noisy, hehe.
F: SSD sama HOAX, sih. Alasannya simple aja, tempo musiknya bikin turun naik kayak nonjok gitu, berat, duk tak-duk tak terus pembawaan live dari mereka keren gitu.
Baru-baru ini kalian baru saja merilis self released bertajuk serupa dengan nama band. Ceritakan kepada kami, bagaimana proses kreatif pembuatan, ide, keseruan, hingga apa yang ingin kalian sampaikan di album tersebut? Mengapa memutuskan untuk merilis album ini sendiri?
A: Buat proses kreatif album ini, sebenernya kita banyak dibantu sama kawan-kawan juga. Untuk foto cover album, itu sebenernya gue lagi jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor, sebenernya niatnya mau nyari objek pohon serem dan serangga-serangga, eh di situ gue liat ada bapak petugas lagi motongin rumput, gua langsung foto aja, dari sekian banyak foto pohon dan serangga, akhirnya nyoba crop foto petugas potong rumput, terus dieditin jadi hitam putih sama teman kami, Rendyka, akhirnya foto itu yang jadi cover album haha.
Perihal rilisan fisik album ini, kami dirilis sama label sekota, yaitu The Seats Of Piss Recs, milik kawan kami, Marifan. Untuk desain cover dan sleeve kaset, kami pun dibantu oleh Rizki Pasadana dari Spice Project dan untuk foto band kami dibantu oleh Rendyka.
I: Untuk segala prosesnya gua rasa kita semua natural. Intinya dari cuma nge-jam sampai punya delapan trek, ya begitu adanya aja. Prinsipnya yang penting seenak kita aja, haha.
F: Ya kurang lebih kita mau menyampaikan kritik maupun kerasahan yang kami alami, tapi menyelipkan juga unsur bercanda pada musik kami.
D: Kalo bisa rilis sendiri kenapa nggak? Dan ternyata nggak sesulit itu kok ngurus sendiri.
Apakah VISUC ini akan dijalani sebagai band serius atau sebagai band santai nan selingan saja? Lalu apa yang kalian dapat ketika bermain di ranah hc/punk atau bersinggungan dengan scene-nya sendiri?
D: Condong ke band santai dan nggak mau ribet.
F: Ngga bisa dipungkirin kita yang senang juga menyempatkan untuk datang ke gig hardcore atau punk ini sudah pasti karena tertarik dari segi musik maupun band yang tampil nya dan apa yang kita dapat dari scene itu sendiri, apalagi kalau bukan memperluas jejaring pertemanan.
A: Santai aja kali, ya?
Bagaimana kalian melihat scene kota Bogor hari ini? Semenarik apa sekarang tentunya? Mohon maaf saya baru tahu movement dari Taktik Barudax atau Minortive, mungkin kalian memiliki perspektif lain which is bisa dijelaskan lebih dari dua kolektif atau entitas tsb?
D: Sebenernya Bogor selalu menarik sih karena hampir di setiap sudut wilayahnya pasti punya kolektif sendiri. Gue sih yakin setiap kolektif yang ada di hampir semua sudut Bogor ini memiliki tujuan yang sama: selain ingin memberikan ruang senang-senang, pastinya ingin berjejaring dengan teman-teman dari luar kota yang datang ke Kota Bogor. Tidak jarang bahkan kolektif satu berkolaborasi dengan kolektif lainnya. Contoh ada Taktik Barudax dan Minortive yang berkolaborasi untuk perayaan showcase kami di tanggal 29 Desember 2024. Kebetulan gua dan Acil salah satu yang tergabung di kolektif Taktik Barudax.
A: Bogor selalu seru. Dari semua scene, semuanya aktif dan produktif. Mungkin pergerakannya nggak kelihatan besar, tapi nafasnya selalu ada dan itu menyenangkan. Minortive juga salah satu kolektif yang gig-gignya layak ditonton. Gua sendiri suka nyempetin dateng ke acara mereka karena seru, terasa guyubnya dan band yang main juga mantep-mantep.
Rekomendasi band Bogor atau yang tengah jadi favorit sejauh ini, boleh disebutkan beserta alasannya?
D: Kalo ngomongin favorit kayaknya gua masih seneng sama band Klub Djahat, punk rock yang jenaka tapi kritis, dan lagu-lagunya masih tetap relevan dengan keadaan saat ini. Lainnya, ada salah satu band Bogor juga yang (bakal) jadi favorit gue namanya Pastula, materi terbaru mereka yang bakal rilis nanti itu gua suka banget. Terus ada unit post punk Blizter, gua pribadi seneng aja liat post punk dengan musik yang gelap-gelap ala-ala hopeless gimana gitu haha.
I: Band favorite gua kalo Bogor ada The Kuda, musik sama vokalnya yang ngeselin, tapi tetep masih keren gitu pas gue dengerin. Terus ada Det Plug Lust, menurut gua warna baru saat ini buat Bogor mainin musik kaya gitu. Terakhir paling ada Texpack, Rrag, sama Swellow. Yang paling gw suka banget pas mereka satu panggung bareng di Synchronize Fest, pas setlist Asbun, itu kayaknya nggak akan pernah terjadi lagi ke depannya.
A: Yang pertama Dimensia, karena kebetulan gue suka post-rock juga dan mereka salah satu yang fresh dan mantep di Bogor. Tahun ini, mereka baru rilis kaset juga. Kedua, ada Telly Blue, indie rock, raw, kreatif, attitude manggungnya mantep, gue suka sama youth spirit-nya. Spirit dan attitude mereka mirip sama Texpack pas baru banget ngeband. Kalian harus nonton live performance mereka. Ketiga ada Thouses, unit post punk barudak Dramaga dan Ciampea. Kalau kalian mau denger bunyi Ciampea kaya gimana, coba aja dengerin Thouses.
F: Band favorit bogor kalo gua pribadi sih sebenarnya banyak, tapi untuk saat ini yang lagi segarnya aja kali ya? Gue suka Hellhound karena lagi suka banget sama Mammoth Grinder, mungkin itu salah satu referensi mereka juga kali ya kalo secara pengamatan culun gue, haha, galak pokoknya. Sama kedua unit post punk juga, ada Thouses dan Andepp, mereka juga nggak kalah keren!
Terakhir, apa yang tengah kalian persiapkan kedepannya? Apa ada agenda tur yg tengah dipersiapkan?
I: Ke depannya paling untuk sekarang bikin lagu baru. Kalo tur, insya Allah kalo ada kesempatan waktu sama rejekinya aja kali ya, hahaha. Kita sih mau banget tur ke beberapa kota, semoga soon bisa terlaksana.
Teks dan interview oleh: Karel