HOT SPOT: Braci

Mengunjungi restoran Asian-Western yang tak begitu mewah namun tetap elegan.
Jika kehidupan Sulanjana, Bandung terasa sesaknya di malam hari karena kehadiran bar dan club di kanan-kiri, Braci terselip diantaranya jadi salah satu tempat yang sudah melek sejak siang hari. Dengan konsep all day dining and drinks, tempat ini tentunya jadi opsi yang bisa dikunjungi di berbagai waktu dan agenda, baik buat santap-santap, minum tipis-tipis, hingga hangout bareng teman-teman.
Tak begitu fancy, namun juga tetap elegan. Setidaknya, impresi barusan yang langsung saya rasakan sejak melihat heritage building-nya sebagai tampak depan. Namun seketika memasuki pintu, maka kesan mewah pun langsung jadi pemandangan depan mata. Quiet surprising dan (untungnya) saya selalu suka hal-hal semacam itu.
Tak lama dari kesimaan saya terhadap bagian dalam juga interior yang Braci suguhkan, saya pun memilih tempat duduk dan mulai memilih macam-macam hidangan yang ada di menu. Dominan Western-Asian food, nyatanya kombinasi ini jadi jagoan mereka yang berusaha memikat berbagai lidah pasar di Bandung dengan memberikan kesan lain atau mewah yang jadi pengalaman baru buat pengunjung.
Tak sedikit juga Italian course yang ada di menu seperti pasta dan pizza, bahkan fusion antara Asian dan Italian seperti Oxtail Parmentier dengan tampilan yang seperti Lasagna, tapi dengan daging buntut. Sayang yang satu tadi tak masuk hitungan. Setelah memilih beberapa, tak memakan waktu yang terpaut lama hidangan pun hadir di depan saya.
Beberapa menu yang saya highlight adalah gabungan keduanya, buat lidah lokal mungkin akan terkesan dengan Buntut Goreng Garlic Butter yang punya impresi gurih, kaya dengan buntut yang juicy dan lembut. Sementara menu lainnya adalah Garlic Crust Johnny Halibut dan Braised Beef Belly yang masing-masing punya kesan dan karakter masing-masing–mulai dari kaya akan rempah hingga aromatik dan segar.
Tak luput, hadir juga beberapa menu dasar seperti Bakmie Ayam Kampung. Meski secara rasa tak mengecewakan, namun lidah saya yang terbiasa dengan bakmie ‘klasik’ dengan kontetikan rasanya mungkin tak membuat bakmie di sini terasa spesial atau punya kesan lebih. Selain itu ada juga Australian Wagyu MB7 Sliced Roast Beef yang meski berhasil membuat lidah nyaman lewat tekstur, rasa, hingga plating yang menggugah, namun belum sebegitu spesialnya untuk mendapat highlight.
Selain pilihan main course yang beragam, di sini juga tersedia bermacam-macam minuman dan dessert–mulai dari parfait sampai pastries. Sebaga sweet tooth, tentunya ini juga jadi daya tarik tersendiri buat saya. Kebetulan saat itu yang sempat hadir di meja ada Matcha Espresso Latte dan Matcha Yuzu yang keduanya punya kesan unik, segar juga bold buat masing-masing rasa. Namun, saya bukan penggemar kopi akut sehingga jauh lebih nyangkut dengan yuzunya.
Namun, dari hasil kunjungan saya ke Braci yang sekaligus jadi pertama kali, banyak hal yang cukup memikat sebagai impresi pertama. Satu; adalah bangunan tua yang mereka sulap jadi tempat makan not-so fancy but (still) elegant sehigga tampak depan dan dalamnya seakan membawa pada dua tempat berbeda, interior yang nyaman hingga pemandangan kolam di backyardnya jadi nilai plus yang membuat kunjungan kali ini tak jadi yang terakhir.
Kedua adalah ragam menu yang cukup impresif. Sekian menu yang kami sorot hanya berapa yang sempat mampir di meja kami. Selebihnya, masih banyak hidangan dan masakan yang tak kalah menarik. Terlebih mereka juga menyediakan minuman beralkohol yang sudah bisa di-serve sejak jam operasional. Ini semakin membuat Braci juga jadi tempat yang bisa dikunjungi untuk berbagai momen, baik bersama teman sampai keluarga dan untuk berbagai momen.
Bagi kamu yang penasaran dengan Braci, bisa langsung kunjungi Jl. Sulanjana No. 5, Tamansari, Bandung dan rasakan sendiri vibe yang ditawarkannya. Enjoy!