TRACK TALK: Collapse – Saint EP (DSSTR Records, 2023)
Collapse kembali dengan sebuah ‘EP’ (atau maxi-singles?) yang menawarkan perubahan di ranah lirik tanpa merubah identitas musiknya.
The long-waited comeback of Bandung indie rock prince is here. Collapse akhirnya menetaskan sebuah EP bertajuk Saint yang telah dirilis di berbagai layanan DSP pada 24 Februari 2023 lalu dan akan segera hadir dalam format rilisan fisik berbentuk kaset.
Saya ingat betul ketika Andika Surya (vokalis sekaligus inisia(konsep)tor Collapse) bercerita kepada saya tentang itikadnya untuk memulai kembali kiprah musik Collapse sekitar setahun yang lalu. Satu spoiler yang ia paparkan pada saya tentang sesuatu yang bisa saya antisipasi dari kehadiran kembali Collapse adalah lirik dari lagu-lagunya yang berbahasa Indonesia.
Damn, ucapan Dika kala itu lumayan membuat saya terperangah sekaligus penasaran. Satu, saya lumayan agak khawatir citra cool dari Collapse akan luntur karena musik rock alternatif yang mereka usung sudah terlalu lekat dengan identitas bahasa Inggrisnya. Karena akuilah, tak semua band lokal cocok bernyanyi menggunakan bahasa Indonesia. Tapi kembali lagi, itu hanya anggapan dan selera saya saja. Tapi tetap saja kekhawatiran itu muncul di benak saya kala itu.
Kedua, saya pun akhirnya termakan ucapan Dika akan perubahan yang ia janjikan di musik terbaru Collapse itu nanti. Iya, sialnya saya pun menjadi penasaran.
Walhasil rasa penasaran saya terbayar sedikit ketika mereka merilis single “Rute Menuju Ivory” beberapa waktu lalu sebelum merilis single “Violet Membran” dan akhirnya mengemasnya sebagai sebuah rilisan EP. Perasaan saya ketika mendengarkan dua lagu itu di waktu yang berbeda sebetulnya kurang lebih sama: lumayan lega rasanya mendengarkan Collapse tetap istiqomah dengan penggarapan lagunya yang serius dan cool. Note how many times I repeat the word ‘cool’. Because that’s what Collapse is to me. A band that embodies coolness. Dan kembali lagi, lega rasanya meski mereka sedikit bereksperimen di ranah penulisan lirik, ke-cool-an mereka tetap tersirat gamblang.
Kali pertama mendengarkan “Rute Menuju Ivory”, saya mendengarkannya sekitar tiga kali putaran untuk meyakinkan bahwa pengaruh lirik Indonesia di karya terbaru Collapse ini tidak terdengar picisan atau pun cheesy. Walhasil, untuk saya sendiri, sepertinya memang ada proses penerimaan yang harus ditempuh untuk bisa menikmati lagu tersebut dengan citra yang ‘baru’ dan melupakan sejenak citra Collapse era “Given” atau “Cold November”. After all, it works out eventually.
Sama halnya ketika mendengarkan “Violet Membran” untuk pertama kalinya. Saya harus mendengarkannya beberapa kali guna meneguhkan hati bahwa pilihan Collapse untuk bernyanyi dengan menggunakan bahasa Indonesia adalah pilihan yang tepat – dan sama halnya dengan “Ivory”, saya pun akhirnya bisa menerima identitas semi-baru yang Collapse emban lewat rilisan terbarunya ini. Malah saya rasa, mungkin musik mereka kini bisa lebih terkoneksi dengan para pendengarnya di Indonesia secara lebih personal – mengingat liriknya menggunakan bahasa Ibu.
Dari segi musikalitas, benang merah rock alternatif ala Collapse dari rilisan-rilisan sebelumnya masih terasa kentara di rilisan ini. Mungkin hanya lagu “Ivory” yang lumayan sedikit berbeda rasanya dari segi musikalitas. Nuansa musik yang disuguhkan di lagu itu terkesan lebih light-hearted dibandingkan lagu-lagu di katalog mereka lainnya. Untuk lagu “Violet” sendiri rasanya tak ada perubahan signifikan dari segi nuansa musik. Good old fashion rock music a la Collapse, I’d say.
Satu hal yang membuat saya berdecak sedikit kesal ketika mendengarkan Saint EP adalah munculnya track ‘intro’ berjudul “Born Again” dan transisi “Them Chords”. Rasanya lumayan tanggung untuk mendengarkan EP ini hanya dengan sajian dua lagu penuh saja. Uh. Entah apa yang ada di benak para awak Collapse ketika memutuskan untuk menyimpan dua trek itu. Entah untuk sebagai filler belaka atau memang itu adalah outtakes dari beberapa lagu Collapse yang sebelumnya sudah direkam dan digunakan kembali di rilisan ini.
Apa pun itu, saya hanya butuh rilisan EP dengan lagu ‘utuh’ yang lebih banyak. Mungkin seharusnya rilisan ini lebih layak disebut sebagai maxi-singles dibandingkan EP ketika format tatanan lagu yang disuguhkan macam itu.
Ah atau mungkin saya harus bersabar dan menunggu rilisan penuh dari Collapse nanti (kalau mereka memang akan menggarapnya). But overall, it’s a great riddance of waiting them to be back for years. Still, this is not enough. Mari kita tunggu bersama karya selanjutnya dari Collapse.
Dengarkan Saint di sini:
Tagged
#saint ep #music #track talk #collapse #review-
Pingback: Collapse – Saint - POP HARI INI