X

Mengenalkan Kembali: Cap’n Jazz

by Sendhi Anshari Rasyid / 2 years ago / 1343 Views / 1 Comments /

Cap’n Jazz merupakan salah satu nama awal yang saya temukan ketika tertarik untuk mengenal dan mendalami musik emo lebih jauh lagi. Pada artikel mana pun yang saya temukan, nama tersebut selalu muncul pada pembahasannya. Ketika pertama kali mendengarnya, jujur saya cukup kaget karena terdengar sangat berbeda dengan band “real-emo” pertama yang saya temukan, yaitu American Football.

Cap’n Jazz membawakan musik emo yang lebih ngebut serta chaotic, hingga pada akhirnya berhasil menyadarkan saya saya bahwa pemahaman terhadap musik kontroversial tersebut masih sangatlah cetek dan banyak hal yang harus saya pelajari. Singkatnya, Cap’n Jazz merupakan gerbang awal dari penelusuran saya terhadap band-band “real-emo” di era 80-90an.

Namun uniknya, ketika terlibat dalam sebuah perbincangan bersama teman-teman mengenai emo ataupun midwest-emo secara spesifik, nama Cap’n Jazz cukup jarang terdengar dan dibahas lebih dalam. Nama yang selalu disebut adalah American Football. Keduanya memang memiliki pengaruh yang sama besarnya terhadap pergerakan musik emo, tapi Cap’n Jazz menurut saya cukup underappreciated di ranah lokal dan jarang diperbincangkan.

Oleh karena itu, saya membuat tulisan ini untuk kembali mengenalkan, mengajak kamu untuk mengapresiasi, sekaligus ingin memantik diskusi lebih jauh terhadap band fenomenal nan antik bernama Cap’n Jazz.


Awal Mula Terbentuk

via last.fm

Cap’n Jazz berawal dari pertemuan antara Victor Villarreal dan Tim Kinsella yang bermain skateboard bersama dan pada akhirnya melakukan jamming di sebuah garasi rumah. Pada saat itu mereka membawakan lagu-lagu trash metal dan mengajak Mike Kinsella untuk mengisi posisi drum.

Setelah sempat manggung pada beberapa acara di gedung gimnastik sekolah dan aula VFW dengan nama Toejam, mereka memutuskan untuk membawa proyek musik ini ke ranah yang lebih serius. Akhirnya mereka mengajak Sam Zurick sebagai pemain bass di tahun 1992 dan mengubah namanya menjadi Cap’n Jazz.

Selain itu, arah musik yang dimainkan juga berubah jadi lebih nge-punk dengan pengaruh musik art-rock. Davey von Bohlen merupakan personil yang terakhir masuk pada tahun 1994 sebelum pada akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan tur nasional. Tur tersebut terbilang sukses dan membuat nama Cap’n Jazz menjadi dikenal di Chicago dan daerah Midwest. Menggabungkan antara penggunaan lirik yang cryptic dan naif, vokal amatir yang terdengar raw, serta musik yang rumit dan bersemangat menjadi ciri khas dari musik yang dibawakan Cap’n Jazz.

Sayangnya, tak berselang lama setelah merilis debut albumnya, band yang berisikan pemuda tanggung ini harus membatalkan jadwal turnya dan pada akhirnya memutuskan untuk membubarkan diri karena masalah yang menimpa para personilnya. Mulai dari penyalahgunaan narkoba, masalah remaja lainnya, hingga masuknya Victor Villarreal ke rumah sakit akibat overdosis menjadi akhir dari perjalanan band influential ini pada tahun 1995.

 

Diskografi

cover album Cap'n Jazz
cover album Cap’n Jazz

Sepanjang karirnya, Cap’n Jazz hanya memiliki sebuah album dan beberapa single lepas saja. Album tersebut adalah “Burritos, Inspiration Point, Fork Balloon Sports, Cards in the Spokes, Automatic Biographies, Kites, Kung Fu, Trophies, Banana Peels We’ve Slipped On and Egg Shells We’ve Tippy Toed Over” atau biasa disebut juga dengan “Shmap’n Shmazz” yang dirilis pada tahun 1995. Judul album antik untuk band antik.

Lalu pada 1998, Jade Tree Records mengumpulkan keseluruhan diskografi Cap’n Jazz yang tercecer untuk kemudian merilisnya dengan judul “Analphabetanthology“. Album tersebut berisikan 34 track yang merupakan gabungan antara single, materi dari album kompilasi dan split, demo, unreleased track, hingga outtakes dari penampilan terakhir mereka di Chicago.

Secara materi, lirik yang mereka suguhkan sering kali dianggap omong kosong. Karena kerap kali terasa seperti meracau tanpa arah dan enggak jelas membicarakan mengenai hal apa. Sebuah hal yang wajar, karena pada sebuah wawancara pun Tim Kinsella menuturkan bahwa 90% dari lirik pada materi album Cap’n Jazz ditulis pada satu malam ketika dirinya mencoba untuk mengonsumsi magic mushroom untuk pertama kalinya. Sinting.

Meskipun, kalau kamu sempat menonton video dokumenter Noisey mengenai Jean of Arc, Tim Kinsella memang sudah memiliki bakat serta ketertarikan terhadap dunia sastra sejak kecil. Jadi, bukan sesuatu yang mengejutkan sebenarnya kalau pada akhirnya dirinya membuat lirik-lirik yang ajaib.

 

Pengaruh Terhadap Musik Emo Modern

Meskipun hanya seumur jagung, apa yang dilakukan oleh Cap’n Jazz sangatlah berpengaruh terhadap pembentukan sound yang kemudian dikenal sebagai midwest-emo. Selain itu, permainan Victor Villarreal yang menggabungkan antara permainan tapping dan penggunaan time-signature yang ganjil, pada akhirnya menjadi blueprint terhadap bagaimana math-rock terdengar di kemudian hari. Bahkan, menjadi awal kaburnya batas antara midwest-emo dan math-rock yang terasa hingga saat ini. Makanya enggak aneh kalau sekarang ada band yang kerap kali diasosiasikan dengan midwest-emo juga diasosiasikan dengan math-rock dan vice versa.

Anyway, bubarnya kuintet tersebut (beruntungnya) bukan menjadi akhir dari perjalanan musik para personilnya. Karena pada akhirnya pecahan band asal Chicago tersebut membentuk band-band seperti American Football, Jean of Arc, Owls, The Promise Ring, Make Believe, dan Ghosts and Vodka yang pada akhirnya menjadi staple dari pergerakan musik emo di era 90an.

Kurang lebih 10 tahun berselang, tepatnya penghujung tahun 2000-an, di tengah gempuran so-called “emo MTV” di ranah populis, ranah bawah tanah diramaikan oleh sebuah gerakan bernama emo-revival. Sebuah gerakan yang diinisiasi oleh band yang bermusik dengan mengambil inspirasi dari sound yang telah dibentuk oleh Cap’n Jazz dan koleganya di era 90an. Algernon Cadwallader dipercaya sebagai band yang bertanggung jawab terhadap gerakan “kebangkitan” emo tersebut.

 

Momen Reuni

Pasca resmi bubar pada tahun 1995 silam, Cap’n Jazz sempat melakukan reuni pada tahun 2010 dan 2017 dengan tetap membawakan materi-materi terdahulunya.

Tapi kalau boleh jujur, saya enggak berharap mereka akan comeback secara penuh dan kembali berkarya seperti dulu, sih. Karena bagi saya Cap’n Jazz adalah representasi gejolak masa remaja dari para personilnya yang hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup.

Kalau formula itu coba dibangkitkan lagi dengan usia personilnya yang sekarang, rasanya akan kehilangan cukup banyak energi dan udah nggak relevan dengan apa yang mereka rasakan saat ini. Sehingga aspek “kejujuran” yang menurut saya penting di ranah musik emo, enggak lagi terasa. Setidaknya menurut saya lho, ya~

Coba aja kamu bayangkan, bapak-bapak berusia hampir setengah baya menyanyikan lirik “my mama said my cousin bucky’s so boldly bald, cuz he never took his hat off” dalam weekly basis. Janggal aja gitu kerasanya teh. Tapi kalau momen reuni itu hanya one-time thing dan for the sake of nostalgia aja, tentunya saya enggak bakal nolak kalau ada kesempatan buat nonton mereka secara langsung. Hehehe.

Tagged

#Cap'n Jazz #feature #music #midwest-emo #emo

Leave a Reply

  • alfan January 17, 2023 at 8:37 am

    cap n jazz dan braid basicly hanyalah pop punk tapi disuntik ide ide math rock dan jazz. idolanya aja smoking popes dan jawbreaker