X

Bocchi the Rock! dan Setumpuk Referensinya

by Abyan Nabilio / 2 years ago / 4476 Views / 0 Comments /

Bocchi the Rock! menampilkan setumpuk referensi soal band-band Jepang dan anime. Bahkan terasa lebih “musik” dibanding K-On!

Saat menulis soal “10 Anime untuk Meningkatkan Semangat Ngeband”, judul ini tak masuk hitungan. Alasannya jujur, sederhana: yang menulis belum menonton Bocchi the Rock! sama sekali. Akan tetapi, setelah menamatkan serial 12 episode ini, saya agak menyesal tidak memasukkannya ke dalam daftar tersebut.

Dibanding serial-serial di daftar tadi, Bocchi the Rock mungkin paling dekat dengan K-On!. Keduanya sama-sama memberi porsi lebih pada hubungan pertemanan kumpulan gadis menggemaskan yang suka ngeband dibanding band-bandannya sendiri. Namun, Bocchi the Rock! lebih baik dalam hal tersebut karena K-On! melulu makan kue dan minum teh.

Referensi bisa jadi yang membuat Bocchi lebih unggul. Kessoku Band (band dalam serial ini) saja sudah jelas merupakan tribute untuk band asli asal Jepang, Asian Kung-Fu Generation, yang lagunya sering kali dipakai di anime-anime macam Naruto, Bleach, Erased, atau Fullmetal Alchemist. Setiap personelnya punya nama keluarga yang sama. Ikuyo Kita (gitar, vokal) untuk Kensuke Kita (gitar), Ryo Yamada (bas) untuk Takahiro Yamada (bas), Nijika Ijichi (drum) untuk Kiyoshi Ijichi (drum), dan Hitori “Bocchi” Goto (gitar) untuk Masafumi “Gotch” Gotoh (vokal, gitar). Hanya posisi frontman dan gitaris yang ditukar.

Selain itu, kebanyakan judul episode mengambil inspirasi dari lagu-lagu Asian Kung-Fu Generation, seperti “After Dark” untuk episode ke-10 dan “Rock’n Roll, Morning Light Falls on You” untuk episode terakhir yang juga digubah ulang oleh Kessoku Band untuk menjadi lagu penutup.

Bukan hanya Asian Kung-Fu Generation, Bocchi juga mewujudkan versi kartun unit eksperimental, 88Kasyo Junrei. Kikuri Hiroi, bassist alkoholik yang menggunakan semacam pick untuk alat musik tradisional Jepang, Biwa, untuk membetot basnya saat ngamen bersama Bocchi, merupakan pentolan dari SICK HACK, trio yang katanya rok psikadelia (padahal lagunya tidak cocok didengarkan di bawah substansi). Setidaknya kalau beberapa bilang 88Kasyo Junrei sedikit psikadelik, kecanggungan nada dan ketukan lagu kedua band hampir mirip.

Masih banyak lagi referensi band dalam Bocchi. Nama anjing keluarga Goto, Jimihen, sudah jelas mengarah ke mana. Bahkan di versi manga (yang saya tidak sempat baca), katanya beberapa sampul chapter­ merupakan foto band hasil rekayasa ulang Kessoku Band terhadap beberapa klip video lagu-lagu musisi Jepang macam “Oddloop” dari Frederic, “Sugar Song to Bitter Step” dari Unison Square Garden, atau “Ladybird Girl” dari The Pillows (yang juga mengisi soundtrack Beck).

Bocchi memang anime dengan bejibun referensi. Selain musik, serial ini juga menyempilkan beberapa selipan yang mengalamatkan pada anime lain. Dua preman di festival budaya sekolah Bocchi bernuansa post apokaliptik khas Fist of the North Star. Setelah panggung pertamanya di Starry, Bocchi terdiam di pojok restoran seperti adegan terakhir Ashita no Joe. Saat terbangun di UKS sekolah, Bocchi melihat langit-langit dan berkata serupa Shinji Ikari dari Neon Genesis Evangelion saat terbangun di rumah sakit. Selain itu, gantungan ponsel Comiket gitaris SICK HACK merupakan karakter dari serial soal pancing memancing, Slow Loop, di mana keempat anggota Kessoku Band juga tampil sebagai pengisi acara sekolah di salah satu episodenya bahkan sebelum Bocchi the Rock! diadaptasi menjadi anime.

Salah satu yang membuat Bocchi bisa mengadaptasi berbagai selipan referensi adalah kepribadian sang pemeran utama. Sebagai penyendiri dengan kecemasan sosial, Bocchi sering kali terjebak dalam benaknya sendiri, berubah menjadi bentuk 3D seperti promosi game Undertale untuk PS4 atau terpencar berkeping-keping menjadi abu sambil bersenandung lagu dari Nausicaa, saat bertemu keadaan sosial yang terlalu sulit ia hadapi.

Kehidupan penyendiri Bocchi juga cukup relevan dengan siswa-siswa pemalu di sekolah yang tak punya banyak teman. Banyak orang berpikir bahwa anak tergolong freak yang sering duduk di pojokan kelas  sendiri saat jam istirahat dengan gitar, konsol game portabel, atau apa pun hobi mereka, menjalankan hidup sesuai pilihannya. Orang seperti itu lebih tergambar pada Ryo sang pembetot bas Kessoku Band. Ia lebih cocok dengan karakter rival anime shonen macam Sasuke (Naruto) atau Rukawa (Slam Dunk) yang memilih jadi orang cool. Bocchi sendiri sangat mewakili mereka yang kadang ingin dianggap temannya, yang punya gitar tentu ingin tampil di pensi sekolah tapi sulit mendapat bandmate karena, seperti kata Blur, “sociability is hard enough for me”.

Namun, serial ini terlalu sering menyebut “introvert” (entah ini masalah terjemahannya saja karena saya tidak tahu kata Jepang mana yang berarti hal tersebut) dalam bentuk teks. Mungkin karena glorifikasi introvert, extrovert, ambivert, atau pervert di kalangan muda mudi Twitter akhir akhir ini. Padahal, tanpa harus menyebutkan hal tersebut, keadaan Bocchi sudah tergambar melalui subteks. Sebagai contoh, pemeran utama Welcome to NHK, Tatsuhiro Satou, tak pernah disebut punya kecemasan sosial biarpun sepanjang serial sudah jelas terlihat bahkan saat karakternya berkembang hingga bisa melepas status hikikomori-nya.

Dengan budaya populer hari ini yang menuntut karya harus woke, Jepang sering aman dari tuntutan tersebut. Bocchi the Rock! sendiri bisa dibilang seksis karena hampir semua karakter berjenis kelamin betina (kalau perempuan masuk golongan gender yang spektrum itu). Karakter jantan (kecuali ayah Bocchi yang bahkan mukanya tak pernah lengkap) tak punya banyak andil di sini. Oh mungkin ini sejalan dengan wacana women’s empowerment. Eh tapi kan manga Bocchi masuk ke majalah Manga Time Kirara Max yang punya demografi seinen dan sering kali berkutat pada karakter-karakter moe yang bisa jadi cikal bakal pedofil 2D. Ya sudah lah toh Bocchi the Rock! punya ulasan cenderung bagus.

Tagged

#review #Bocchi The Rock #k-on #spectacle #anime